Kesturi Dan Kepodang Kuning (Behind The Scene)
(Novel Terbaru Saya)
Judul : Kesturi dan
Kepodang Kuning
Tebal : 320 halaman
Penerbit : Elex Media Komputindo (2013)
ISBN : 9786020212203
Harga : Rp 49.800
________________________________________________________________________
Sahabat penulis saya, Benny Arnas, sempat meledek saya tatkala suatu hari saya ungkapkan niat saya untuk memasukkan novel saya ini ke penerbit. “Mbak, judulnya panjang amat, nggak eye catching,” ujarnya. Jujur, saya sempat bingung juga. Otak berputar sesaat untuk mencari apa kira-kira judul yang lebih ‘eye catching’ namun juga pas untuk novel saya ini. Tetapi, setelah berpikir lumayan lama, entah mengapa saya mentok pada judul semula. Alasan saya, judul ini memang paling tepat untuk menggambarkan isi novel saya.
Mungkin Anda
bertanya-tanya, mengapa Kesturi, mengapa Kepodang Kuning?
Oke, saya akan
sedikit menceritakan isi novel ini. Kesturi, adalah bayi cantik yang dilahirkan
oleh seorang perempuan dusun bernama Sriyani, sosok yang saya posisikan sebagai
pemeran utama novel ini. Sriyani, hanya seorang perempuan dusun yang miskin.
Ayahnya meninggal saat huru-hara tahun 1998, jasadnya terpanggang dalam
kerusukan di sebuah toserba di kota Solo. Ibunya menyusul beberapa tahun
kemudian, terkena TBC. Dalam keadaan yatim piatu, Sriyani harus berpisah dengan
kedua adiknya yang masuk panti asuhan. Sementara, Sriyani sendiri menjadi
pembantu rumah tangga di rumah Pak Suseno, seorang mantri kesehatan di
puskesmas desanya.
Ternyata, Pak
Suseno tak lebih dari seekor buaya darat. Melihat Sriyani tumbuh sebagai gadis
belia yang jelita, diam-diam dia menaruh obat tidur di minuman Sriyani, dan
diam-diam memperkosa si gadis hingga gadis lugu itu mengandung tanpa tahu
sebabnya. Karena panik, Pak Suseno mencarikan jodoh instan, dan dipilihlah
Pardi, petugas cleaning service di puskesmas yang ternyata juga sama-sama
buaya. Setelah mendapatkan uang suap dari Pak Suseno, Pardi kabur ke Jakarta,
dan membiarkan Kesturi terlantar di gubuk tua milik orangtuanya di pinggir
hutan.
Dalam keadaan
porak-poranda, Sriyani mulai menata kehidupannya. Kedamaian mendekat, saat di
gubuk tengah hutan itu, ternyata Sriyani dan bayinya, Kesturi, ternyata justru
mendapatkan sahabat-sahabat yang tulus, yakni sekeluarga kepodang berwarna
kuning. Persahabatan manusia dengan burung itu, berlangsung dengan tulus dan
bening. Sesuatu yang memikat hati Satrio, seorang ahli ekologi yang sedang
melakukan penelitian di ekosistem karts (tanah berkapur) di hutan jati dekat
rumah Sriyani. Awalnya Satrio hanya ingin membuat sebuah film tentang
persahabatan Kesturi dan Kepodang Kuning. Akan tetapi, lama-lama dia bahkan
terlibat lebih jauh secara emosional dengan Kesturi, Sriyani dan
Kepodang-Kepodang itu.
Kedamaian itu
terancam porak-poranda, saat sebuah proyek pembangunan waduk beserta sebuah
destinasi wisata kelas dunia, direncanakan menggusur rumah Sriyani dan hutan
tempat kepodang-kepodang itu. Proyek yang beraroma KKN, persengkongkolan
eksekutif, legislative dan pengusaha local. Yang membuat Satrio pusing,
ternyata salah satu pelaku dari proyek panas itu adalah kakaknya sendiri,
Rajendra. Seorang dokter yang frustasi karena karirnya mandeg, dan akhirnya
memilih terjun ke dunia bisnis.
Bagaimana
kelanjutan kisah tersebut? Baca sendiri ya, di novel Kesturi dan Kepodang
Kuning. Ada satu catatan menarik dari editor saya, Rininta Widhya, bahwa novel
Kesturi dan Kepodang Kuning ini banyak mengeksplor budaya Jawa. Memang, selain
genre fiksi sejarah yang mungkin sudah cukup lekat dengan saya (kendati saya
masih harus banyak belajar), saya juga ingin mengembangkan fiksi yang berbasis
pada kearifan lokal. Novel ini sendiri, terinspirasi dari gerakan fiksi hijau
dan kearifan lokal yang pernah digaungkan oleh Forum Lingkar Pena saat di bawah
kepengurusan Kang M. Irfan Hidayatullah. Jadi, begitu Kang Irfan saat itu
melaunching gerakan sastra hijau dan kearifan local, sebersit ide langsung
mampir di kepala. Kalau tak salah, tiga
bab pertama saya kerjakan saat itu juga (tahun 2006). Tapi, karena berbagai
alasan, novel itu sempat terbengkalai, dan saya sentuh lagi beberapa tahun
kemudian. Akhir tahun 2012, saya coba mengadu nasib dengan mengirimkan novel
saya ini ke penerbit Elex Media Komputindo, dan alhamdulillah di-ACC.
Bekerja sama
dengan Rininta Widhya bagi saya adalah sebuah pengalaman menarik. Beliau, meski
masih cukup muda, ternyata sangat teliti. Dari Rininta pula, saya banyak
belajar tentang cara mengedit yang baik. Ini cukup ‘menakjubkan’ karena
sesungguhnya saya juga bukan orang baru di dunia editing. Ternyata, bekerja
sama dengan banyak penerbit itu selalu memberikan pengalaman baru buat saya.
Lepas dari itu
semua, saya termasuk nyaman dan asyik saat menggarap novel ini. Dan, di antara
sekian karya saya, mungkin novel inilah yang paling pas dengan latar pendidikan
saya, yakni sains, khususnya biologi. Karena, di novel ini saya cukup banyak
mengeksplor teori-teori ekologi, dan bahkan menjadikan seorang sarjana sains
biologi (Satrio) sebagai salah satu tokoh utamanya. Ke depan, saya ingin sekali
menulis novel-novel dengan tema sejenis. Doakan, ya?
Beri rating di Goodreads yuk! >> KLIK DI SINI <<
______________________________________________________________
Best Seller di Gramedia Solo Square, Surakarta |
Beri rating di Goodreads yuk! >> KLIK DI SINI <<
______________________________________________________________
Novel ini bisa Anda dapat di
seluruh toko buku Gramedia, Togamas dan sebagainya. Pemesanan online bisa ke www.tokobukuafra.com atau menghubungi
admin 0878.3538.8493.
2 komentar untuk "Kesturi Dan Kepodang Kuning (Behind The Scene)"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!