Kuis Spesial Agustus, Yuk Ikutan!
Sobat semua, meski Agustus tinggal seminggu lagi, tak mengapa ya kalau saya bikin kuis?
Pertanyaannya tidak susah-susah amat, kok. Jawabannya juga, apalagi persyaratannya. Tak perlu like sana like sini, follow sana follow sini.
Langsung saja, ya...
Ini nih pertanyaannya!
- Yakinkah Sobat sekalian bahwa alihteknologi di bidang perbukuan (misal dari buku cetak ke eBook) itu memang suatu kepastian agar buku tidak ditinggalkan?
- Bagaimana menghidupkan minat baca di masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku?
Silakan jawab pertanyaan Anda di kolom komentar disertai dengan identitas (jangan anonim). Jika tidak memiliki akun Google, bisa dengan memilih URL/Name.
Jawaban jangan panjang-panjang, maksimal sekitar 3 paragraf saja, ya...
Jawaban ditunggu maksimal 31 Agustus 2016, jam 24.00 WIB. Pengumuman 3 September 2016 di blog ini.
Saya akan memilih 5 jawaban terbaik, yang nanti akan mendapatkan paket buku dari sponsor.
Ayo, silakan ikut. Jangan hanya sekadar ingin menang, tetapi jawaban Anda sekalian bermanfaat sekali lho, sebagai salah satu cara menghidupkan ekosistem perbukuan di negeri ini.
Selamat berkuis ria!
CATATAN: Sudah ditentukan pemenang kuisnya, ya...
Silakan meluncur ke Pemenang Kuis Spesial Agustus.
CATATAN: Sudah ditentukan pemenang kuisnya, ya...
Silakan meluncur ke Pemenang Kuis Spesial Agustus.
55 komentar untuk "Kuis Spesial Agustus, Yuk Ikutan!"
2. Kebetulan, saya anggota FLP di salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Jawa Barat. Setiap minggu saya dan rekan-rekan membuka taman baca di Karangpawitan.Sebuah tempat yang ramai dikunjungi oleh seluruh lapisan masyarakat. Di sana kami menyediakan buku bacaan mulai dari majalah anak sampai novel remaja, dan buku-buku motivasi lainnya. Semua gratis tersedia untuk siapa saja yang berminat, kadang kami membolehkan untuk dibawa pulang, maksimal mengembalikan dalam jangka satu minggu.
Bisa dikatakan, cara saya menghidupkan minat baca kepada masyarakat yang tidak memiliki tradisi membaca dengan bergabung di forum lingkar pena, lantas membuka taman baca gratis kepada siapa pun. Dengan menambah kertas pembangkit di antara hamparan buku, semisal "Bacalah, karena dengan membaca kamu akan menikmati piknik gratis." Atau kata-kata menarik yang dapat membuat masyarakat berhenti dan singgah untuk membaca di taman baca kami.
menghidupkan tradisi membaca memang hal yang tak mudah, apalagi ditengah media online seperti sekarang, kalau di kota-kota besar, memang butuh pembiasaan baik di sekolah maupun di rumah, caranya selain menyediakan waktu membaca di rumah, juga perbnyak stand2 baca bik di tempat2 hiburan, atau mall. sedangkan di kampung-kampung dengan membuat rumah2 baca yang dengan menggerakkan pemuda desa, atau lewat gerakan literasi 10-15 menit membaca di sekolah sebelum mulai pelajaran. juga mewajibkan setiap kelas memiliki pojok baca masing-msing. hal itu ditunjang juga dengan ketersediaan bahan bacaan anak2 dan remaja yang bisa diakses dengan mudah.
Salam kenal ka,sebagai seorang yg juga tertarik dibidang pembukuan khususnya membaca dan menulis yg jg msh awam jawaban saya ; 1. saya blm yakin kalau alihteknologi itu dapat menjamin bahwa buku tidak ditinggalkan.Toh buku yang tercetak saja kita msh harus berjuang agar buku itu menarik dibaca dan bermanfaat.2. Menurut saya mendirikan taman baca untuk segala usia bisa mnjadi alternatif atau dngn mnjadi perpustakaan keliling yg dimulai dngn memberikan contohmembaca dari diri sendiri lalu mengajak orng lain untuk mmbaca melalui bukukoleksi pribadi
menurut saya budaya baca di masyarakat kita, masih terbilang kurang. sehingga masih banyak yang enggan untuk membeli buku (meskipun harga buku itu sendiri tidak terlalu mahal). ditambah lagi fasilitas seperti perpustakaan desa, bahkan sekolah juga masih belum memadai (bahkan belum ada). jadi saya mencoba membuat perpustakaan mini, yang saya mulai dengan membeli buku minimal 1 buku tiap bulan. kemudian memajang di almari ruang tamu, lalu mempromosikannya pada teman teman, atau tetangga setiap kali beli buku baru. alhamdulillah, dari situ satu, dua,teman juga tetangga yang pinjam :)
(sri hidayati nur, gresik)
1.hal yang paling mendasar sebenarnya bukan alih buku menjadi digital,tetapi menumbuhkan MINAT BACA sejak awal..kalau sudah punya minat baca,mau bentuk buku,digital,bahkan kertas pembungkus tempe pun dibaca (kalo yang terakhir td pengalaman saya sndiri)...pernah baca juga kalau kita membaca buku,kan membolak balik kertas jadi lebih ada interaksi dengan buku dibanding baca e book..jadi boleh2 aja teknologi,tapi tetap tidak meninggalkan buku cetak..
2.cara meningkatkan minat baca ad beberapa hal a.di tahap keluarga dikenalkan oleh orang tua sejak dini,ada pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino (cinta karena terbiasa) jika di rumah tidak ad buku darimana bisa "cinta" buku.mungkin suatu waktu anak bisa diajak ke toko buku dan memilih sendiri buku yang dia suka.b.di sekolah,waktu siswa di sekolah terbilang cukup panjang dari jam 7-2 siang,guru diharapkan ambil bagian dlam meningkatkan minat baca,ada juga sekolah yg sudah bekerja sama dengan koran ternama di solo mengadakan kegiatan membaca bersama...mungkin itu pendapat dari saya...terima kasih
Alamat: Jalan Garu 2A Gang Nusa Indah No. 26C Medan Amplas, Medan 20147.
1. Tidak yakin. Karena, tidak semua orang memiliki komputer, laptop, smart phone dan lainnya untuk dapat melihat e-book. Menurut saya, buku cetak tetap dibutuhkan sampai kapanpun, terlebih di kalangan masyarakat yang tidak memiliki kecanggihan teknologi, mereka pasti akan tetap membaca buku cetak. Selain itu, manfaat dari membaca buku cetak daripada e-book adalah, mata kita lebih terjaga, karena kalau terlalu lama melihat layar komputer atau yang lainnya, tidak baik untuk mata. Jadi, menurut saya, buku cetak tidak akan ditinggalkan, meskipun saat ini, sudah banyak e-book. Dan bagi beberapa orang, membaca buku cetak, lebih menyenangkan daripada e-book, karena mereka bisa merasakan sensasi saat memegang buku tersebut.
2. Di awal, mungkin akan sulit untuk merealisasikan hal tersebut. Tetapi, kalau kita berusaha semaksimal mungkin, pasti akan ada hasil yang akan kita petik. Langkah awal adalah, mengajak mereka untuk berbicara tentang topik yang ada dalam sebuah buku, misalnya, “Bang, tahu nggak tentang kisah Nabi Adam sampai Nabi Muhammad?”, mungkin saja orang yang kita Tanya kan menjawab, tidak tahu, atau tahu sedikit. Naah, disitulah kesempatan kita untuk mulai menularkan minat baca kepada mereka. Awalnya, kita ceritakan sedikit tentang kisah Nabi Adam, dan beberapa nabi berikutnya, jangan sampai selesai, lalu kita bilang kepada dia, “Duuuh, bang, aku lagi sibuk nih, coba deh abang baca buku ini, ada lanjutannya,”. Karena dia sudah terlebih dahulu penasaran, pasti dia akan tertarik untuk membaca buku tersebut. Sehingga minat bacanya mulai tumbuh, walaupun awalnya minat bacanya sangat rendah.
Selain itu, cara lain adalah dengan memberikan kepada mereka buku-buku yang mana topik atau temanya yang mereka senangi atau sukai dalam pembicaraan sehari-hari. Dengan itu, mereka pasti akan tertarik untuk menambah pengetahuan mereka tentang topik atau tema itu, caranya dengan membaca buku tersebut. Dan yang terakhir, motivasi mereka, kalau membaca itu banyak manfaatnya, diantaranya, menambah wawasan, dapat mengetahui isi dunia, jalan-jalan ke suatu tempat, walaupun kita belum pernah ke tempat tersebut, dan lainnya. Insya Allah, hati mereka pasti akan tergerak untuk mulai membaca, karena pada dasarnya, manusia sangat suka di motivasi.
2. Pada dasarnya orang suka mendengar cerita. Sebarkanlah para pencerita, cetak para pencerita yang berasal dari daerah tak senang membaca. Perlahan si pencerita mengenalkan buku. Bisa dengan dalih "kehabisan cerita". Iapun bercerita sambil membaca. Keingintahuan orang itu sangatlah besar. Maka jika cerita dibuat menggantung, mereka akan penasaran dan bisa dikenalkan dengan mencari informasi akurat secara mandiri dengan membaca berbagai sumber.
Nama saya : Herva Yulyanti
Twitter :@hervayulyanti
Url Blog : www.mynameera.blogspot.co.id
Jawaban :
1. Kalau bagi saya pribadi pengalihan buku cetak ke e-book hanya berbicara masalah efisiensi dan keefektifan dalam membaca. Ditinggalkan atau tidak tergantung bagaimana individu masing-masing memiliki paradigma seberapa pentingnya otak mereka ternutrisi dengan membaca. Buku akan tetap ditinggalkan jika paradigma lapisan masyarakat menganggap buku bukanlah kebutuhan primer.
2. Yang saya baca dari buku 8 habit Sthepen Covey, jika ingin merubah hal besar maka yang dirubah terlebih dahulu adalah paradigmanya masyarakat. Program dari pemda setempat untuk terus mengedukasi dan mengenalkan pentingnya membaca sejak dini akan selalu tumpul bila belum serupa paradigmanya. Jika paradigma sudah sama maka saya yakin apapun program yang disuguhkan untuk menarik minat baca akan muncul.
Demikian jawaban saya semoga terpilih hehehe
Untuk menumbuhkan minat baca masyarakat menurut saya peran instansi publik (pemerintah) sangat penting, misal sekolah, perpustakaan. Di setiap kota atau kabupaten pasti ada perpustakaan. Menghadapi minat baca masyarakat yang rendah, instansi tersebut bisa mengadakan acara-acara yang menarik minat masyarakat, misal pameran buku atau lomba-lomba yang diadakan di perpustakaan (tidak hanya lomba yang berhubungan dengan buku saja untuk memperkenalkan masyarakat pada perpus dulu, misal lomba crafting, dll), atau pemutaran film. Festival buku yang diadakan di perpus bisa disisipi acara yang menarik masyarakat misal hijab class, crafting class, cooking class, pengenalan ttg program2 di internet, dll. Pertama mereka perkenalkan dulu masyarakat pada perpus. Mereka akan tertarik dan masuk di dalamnya. Acara-acara yang berhubungan dengan buku juga penting diadakan. Nah, di acara tersebut perpustakaan bisa memperkenalkan profil perpustakaan. Kalau mereka sudah melihat 'adanya/pentingny' perpustakaan, mereka akan tergerak mendaftar, meminjam buku, dan membaca buku. Program-program semacam ini ada di perpus kota Magelang dan terbukti sangat efektif menarik masyarakat.
Kalau di sekolah, pengalaman pribadi saya, guru sering-sering menceritakan hikmah atau cerita dari buku sehingga siswa tertarik dan tergerak membaca sendiri. Saya sendiri membuat tantangan baca di kelas.
Sayekti Ardiyani
twitter: @sayektiardiyani
email:firstyjl6@gmail.com
FB: Sayekti Ardiyani
Nama saya syifa binti rahmat (fb syifa syisora cuaeum) saya mencoba menjawab karna dua2nya ada disituasi lingkungan saya..
1 mnurut saya trgantung situasi mungkin bagi sbagian orang yg dlam artian kaya/cukup uang ebook mnjadi psilitas yg sangat baik tuk mngefesienkan waktu krna ebook bisa d bawa kmna2 tnpa perlu ribet dengan beban buku yg slalu trkesan berat tapi bagi kami yg dipelosok dngan slalu memiKirkan uang yg sdikit ebook malah mmbuat sbagian orang makin gak mau baca. Pmbelian mahal dan tak smua orang punya gadget yg mendukung ditambah lagi ebook trkesan membeli barang yg tak bisa trsentuh (tak ada jirimnya) jdi lebih mnyulitkan.
2) aku yg menyikapi keadaan daerahku yg minat baca minim memulai dengan sering memposting buku2 yg mnurutku bagus tuk d baca d medsos shingga timbul keinginan untuk baca dengan resiko koleksi bukuku pindah dari satu tangan ke tangan lainnya sampai buku baru mnjadi seperti buku lapuk tapi dibalik itu mncul sdikit keinginan tuk beli sendiri dan minat bacanya keluar mudah2an awal yg baik karna saya se2orang yg hobby baca dngan cita2 ingin buka perpustakaan gratis untuk umum yg belom terwujud.
Trimakasih bunda afifah afra salam sejahtera selalu.
Cara yang kiranya mudah adalah membiasakan masyarakat melihat buku dan menjadikan buku sebagai hadiah. Hadiah ulang tahun, 17-an, kenaikan kelas, bahkan peringatan pernikahan! Karena biasanya orang akan menghargai sesuatu yang diberikan kepadanya, ia akan membaca dan semoga berlanjut menjadi kebiasaan yang baik. Terima kasih!
2. Untuk menghidupkan minat baca, awalnya kita harus memberikan stimulus, bisa dengan menceritakan secara singkat apa yang telah kita baca, dan bisa dengan memberikan teka teki dalam cerita itu sehingga mereka semakin penasaran dan perlahan akan mulai membaca. Disamping kita juga harus memberi contoh
E-book menjadi alternatif selanjutnya dengan asas kemudahan. Mudah didapatkan, mudah pula digunakan. Baiknya, dengan e-book bisa mengurangi populasi pohon yang ditebang. Tapi mosi ini bisa diatasi dengan sertifikasi bahan kertas yang legal dan ramah lingkungan bagi para penerbit. Gerakan tanam sejuta pohon pun baiknya dilakukan segencar mungkin. Buruknya, membaca buku berupa e-book pastinya dengan menggunakan gadget. Pemakaian gadget berlebihan dapat berimbas pada gangguan kesehatan, termasuk kerusakan mata. Secara pribadi, secanggih bagaimanapun suatu teknologi, membaca buku dengan cara tradisional berupa real book atau buku sungguhan belum dapat dikalahkan. Ada sensasi yang berbeda pada saat membaca buku sungguhan yang tak bisa didapatkan pada saat membaca e-book.
2. Di suatu pagi, seorang guru saya pernah berkata, "Awalnya dipaksa, lalu terpaksa. Akhirnya terbiasa." Suatu aktivitas akan terbiasa dilakukan apabila ada kesungguhan, kontinuitas, dan jadwal yang terorganisasi dengan baik. Gerakan membaca 30 menit bagi para siswa di awal pelajaran setiap hari telah menjadi gerakan solusi dari pemerintah untuk menggalakkan tradisi gemar membaca. Bagi masyarakat umum, mungkin akan memakan banyak waktu dalam membiasakan tradisi gemar membaca. Langkah besar yang bisa dilakukan mungkin bisa dengan mempermudah akses bacaan pada masyarakat yaitu dengan membangun Rumah Baca atau Perpustakaan Keliling. Hal ini bisa jadi bermanfaat bila mau tak mau masyarakat harus bergaul dengan buku setiap hari. Nantinya, tanpa sadar, buku akan telah menjadi bagian hidup mereka.
Hidayaty El Dina, Jember (Jawa Timur)
Twitter/Instagram: eldinabonney
E-book menjadi alternatif selanjutnya dengan asas kemudahan. Mudah didapatkan, mudah pula digunakan. Baiknya, dengan e-book bisa mengurangi populasi pohon yang ditebang. Tapi mosi ini bisa diatasi dengan sertifikasi bahan kertas yang legal dan ramah lingkungan bagi para penerbit. Gerakan tanam sejuta pohon pun baiknya dilakukan segencar mungkin. Buruknya, membaca buku berupa e-book pastinya dengan menggunakan gadget. Pemakaian gadget berlebihan dapat berimbas pada gangguan kesehatan, termasuk kerusakan mata. Secara pribadi, secanggih bagaimanapun suatu teknologi, membaca buku dengan cara tradisional berupa real book atau buku sungguhan belum dapat dikalahkan. Ada sensasi yang berbeda pada saat membaca buku sungguhan yang tak bisa didapatkan pada saat membaca e-book.
2. Di suatu pagi, seorang guru saya pernah berkata, "Awalnya dipaksa, lalu terpaksa. Akhirnya terbiasa." Suatu aktivitas akan terbiasa dilakukan apabila ada kesungguhan, kontinuitas, dan jadwal yang terorganisasi dengan baik. Gerakan membaca 30 menit bagi para siswa di awal pelajaran setiap hari telah menjadi gerakan solusi dari pemerintah untuk menggalakkan tradisi gemar membaca. Bagi masyarakat umum, mungkin akan memakan banyak waktu dalam membiasakan tradisi gemar membaca. Langkah besar yang bisa dilakukan mungkin bisa dengan mempermudah akses bacaan pada masyarakat yaitu dengan membangun Rumah Baca atau Perpustakaan Keliling. Hal ini bisa jadi bermanfaat bila mau tak mau masyarakat harus bergaul dengan buku setiap hari. Nantinya, tanpa sadar, buku akan telah menjadi bagian hidup mereka.
Hidayaty El Dina, Jember (Jawa Timur)
Twitter/Instagram: eldinabonney
jawab:
Bisa iya, bisa tidak tergantung kondisinya. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya lebih senang baca buku cetak saat berada di kontrakan atau di tempat dan waktu yang benar-benar diluangkan untuk baca. Sedangkan di waktu luang tak terduga seperti saat menunggu dosen, saya biasanya baca ebook karena lebih fleksibel dan memang tidak ada rencana untuk membaca buku saat itu.
Jadi, jawaban saya 60% ya, 40%nya tidak karena tak jarang sakit mata saat berlama-lama dengan gadget dan memang seperti yang sudah disampaikan di awal kalau saya lebih senang membaca buku cetak tapi ebook bisa menjadi solusi oke buat mahasiswa dengan kemauan baca seperti saya ini kali ya hehe.
2. Bagaimana menghidupkan minat baca di masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku?
jawab:
Buat buku yang menarik. Kalau belum bisa buat, setidaknya sajikan buku bacaan yang menarik sesuai dengan kondisi masyarakat. Definisi menarik juga beda-beda ya. Sewaktu kecil saya tertarik dengan buku yang banyak gambarnya. Nah, emak bapak dulu tahu banget kesukaan anaknya jadi dibelikan komik kemudian majalah bobo. Dari sodoran bacaan itu, anaknya makin suka baca jadi deh ketika sudah dewasa buku bapaknya pun dibaca. Dan saya merasa nyaman karena ini tumbuh bukan karena paksaan.
2. Mulai dari hal sederhana. Misalnya; Mulai untuk "berani" bercerita, mendongeng atau memperkenalkan autobiografi seseorang kepada anak-anak, teman kuliah atau bahkan panti asuhan atau panti jompo dilingkungan sekitar. Dengan bercerita kepada orang lain melalui buku yang pernah kita baca maka kita bisa tunjukkan bahwa dengan membaca kita bisa menebarkan manfaat kepada orang lain.
Tunjukkan buku nya ketika kita sedang bercerita atau membacakannya, supaya mereka memiliki feedback ketertarikan untuk mengetahui hal yang lainnya.
Karena tidak semua orang menyukai segala jenis buku, bukan? :) ada yang suka novel, cergam, komik, dll.
Dengan begitu kita bisa menumbuhkan energi positif untuk membaca.
Fb: Refvhyta Gaistiyadi
Ig: @ai_vhyta
Menurut hemat saya, alihteknologi di bidang perbukuan tidak memberikan suatu kepastian agar buku tidak ditinggalkan.Sementara ini, berdasarkan observasi terhadap kebiasaan orang-orang sekitar, mereka tetap memilih untuk membaca dalam bentuk cetak meskipun sudah ada versi ebooknya. Ada beberapa hal yang mendasari pilihan tersebut. Sebagian beralasan karena membaca ebook lebih capek daripada membaca bentuk cetaknya. Jika berdalih masalah kepraktisan, mereka tetap berargumen bahwa buku cetak juga tetap praktis dan bisa dibawa ke mana-mana. Berdasarkan hal tersebut, alihteknologi di bidang perbukuan bukan menjadi solusi utama agar buku tidak ditinggalkan.
Berkaitan dengan pertanyaan kedua mengenai minat baca di masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku, ada beberapa hal yang perlu ditinjau ulang. Sebelum tawaran solusi diajukan, sudah sewajarnya kita observasi dulu mengenai hal-hal yang mendorong masyarakat tidak memiliki tradisi membaca buku. Menurut saya, penyebab masyarakat di suatu tempat berbeda dengan masyarakat di tempat lain. Bahkan dalam lingkup antar keluarga pun bisa berbeda faktor pendorongnya. Ada yang memang karena membaca buku bukanlah menjadi hal utama apalagi buku bacaan di luar pelajaran sekolah. Ada yang karena faktor finansial dan lingkungan yang memang kurang mendukung ke arah sana. Ada pula alasan-alasan yang lain. Solusi yang ditawarkan hendaknya sangat mengondisikan dengan faktor-faktor tersebut. Akan tetapi, ada satu hal yang bisa dijadikan solusi secara umum. Ada beberapa orang yang memang tidak suka membaca buku. Akan tetapi, ada banyak orang yang relatif senang jika mendengar informasi baru disampaikan. Maka, kita bisa menarik minat baca dari sini. Artinya, kita bisa menyelipkan informasi-informasi terbaru dalam forum-forum santai di masyarakat. Tidak semua informasi baru tersebut kita sampaikan secara gamblang. Taruhlah sebuah rasa penasaran di hati masyarakat. Berikan rujukan buku yang sekiranya mudah diakses. Angkat kembali topik tersebut saat ada waktu bertemu kembali. Orang yang tidak mengakses buku tentu akan kesulitan 'nimbrung'. Maka ada satu motivasi bahwa masing-masing orang harus membaca sumber yang dirujuk. Tentu kalimat-kalimat motivasi untuk terus membaca juga terus digaungkan. Ini adalah langkah awal. Tahap berikutnya bisa diinovasikan sesuai dengan kondisi masyarakat yang sedang ditangani.
1. Peralihan buku ke e-book merupakan suatu usaha yang harus di apresiasi mengingat semakin dimudahkan berkat adanta teknologi, apalagi tujuannya untuk meningkatkan minat baca yang khawatir tertinggal. Namun, jangan jadikan peralihan e-book ini membuat masyarakat ketergantungan dan tidak membeli buku karya seorang penulis. Sejatinya, e-book adalah gerbang pembuka untuk menarik pembaca untuk mendapatkan "real book"
2. Mendapati masyarakat yang kurang minat membaca adalah suatu keniscayaan. Bergerak sendiri dalam membuat masyarakat bertradisi literasi adalah beban yang sangat berat. Menurut saya, perlu adanya komunitas yang terjun -bervisi sama- sehingga beban yang ditanggungnya ringan dan kerja dalam membudayakan literasi lebih mudah jika sama-sama bergotong royong membangun tujuan bersama.
Wallahu'alam
2)sebagai orang yang lebih dahulu mengetahui dan memahami pentingnya membaca adalah dengan memberi contoh kepada mereka yang belum tergerak membaca.memberi contoh,lalu mengajak mereka agar tumbuh minat baca.mengajak bicara atau diskusi tentang manfaat membaca.jika sulit mengaajak mereka yang sudah dewasa,bisa mulai dengan mengajak anak-anak.kebetulan saya mengisi waktu dengan mendampingi anak-anak tetangga belajar.dari sini saya tau,bahwa anak-anak memang di lingkungan rumahnya tidak ada tradisi membaca sehingga ini menjadi PR bagi saya bagaimana menumbuhkan minat membaca serta menyediakan fasilitasnya
2. cara menumbuhkan minat baca kalau menurut pendapat saya tentu saja sasarannya adalah anak-anak. Anak-anak buat saya adalah "penegur" yang paling mempan buat orang tua. Cara menumbuhkan minat baca anak-anak bisa dilakukan dengan cara memberikan buku-buku bergambar yang pasti menarik buat anak-anak ^_^
1. Saya tidak yakin, namun itu semua tergantung kepada penikmat baca. Tetapi perbandingan yang sangat kentara soal ebook dan cetak ialah menurut saya cetak jauh lebih membahagiakan. Ada hal-hal tersendiri dari buku cetak yang tidak dimiliki buku digital (ebook). Dampak kekinian, uptodate dan praktis dimenangkan oleh ebook. Sementara buku cetak membuat saya bahagia, ketika kita mencari dan kemudian menemukannya di toko buku, saat kita membawanya pulang setela berburu, betapa bahagianya kita ketika membuka sgel plastik, meraba cetakan yang timbul, membaui tinta yang masih baru dengan aroma yang khas, kita menjaganya dengan memberi sampul, menghabiskannya begadang semalaman. Tetapi apa pun itu keduanya sama baiknya, yang tidak baik itu ialah mereka yang tidak mau meluangkan waktunya untuk membaca.
2. Mengkonsepnya jadi lebih menarik. Seperti di tempat saya Kendal, dibuat semacam mini gallery, di situ ada buku, ada art-art sederhana dan dekorasinya itu barang2 yang udah ga kepakai. Bisa dibuat kumpul, nongkrong, membaca, asal positif kegiatannya. Dan di situ ndelalah ramai terus dengan konsep kekiniannya, namun tetap mengandalkan menu utama ialah buku.
Namun, untuk menghidupkan minat baca di masyarakat yg memang tidak memiliki tradisi membaca buku, menurut saya dapat dilakukan melalui e-book yang menarik berbasis android yang mudah diakses. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun e-book tidak dapat sepenuhnya menggantikan buku cetak, namun masyarakat global saat inipun tidak dapat terlepas dari gadget mereka. Jadi, saya kira minat membaca dapat ditumbuhkan melalui media-media yang sedang disukai oleh masyarakat.
Kalau menurut saya pribadi itu nggak menjamin tapi juga nggak bisa dibilang bahwa era e-book akan membuat buku ditinggalkan. Semuanya tergantung selera dan kenyamanan. Memang, di era yang semakin maju dengan penggunaan teknologi yang semakin meningkat salah satunya smartphone dan lain-lain membuat hampir sebagian besar aktivitas kita berkaitan dengan benda elektronik atau terkadang diganggu oleh benda elektronik. Tapi kalau soal minat baca, ebook nggak dapat menjamin. Beberapa orang pengguna smartphone termasuk saya lebih suka membaca buku cetak dibandingkan dengan menggunakan aplikasi. Ebook adalah sarana yang praktis sebenarnya tapi bagi saya pribadi, buku cetak dengan bau kertasnya lebih saya sukai. Minat baca nggak sepenuhnya bergantung pada kemudahan akses akan bahan bacaan - walau hal itu juga mempengaruhi. Minat baca semestinya dibentuk sejak dini, sejak anak-anak masih kecil semestinya sudah dibiasakan dengan bacaan untuk menumbuhkembangkan rasa cintanya terhadap buku. Apabila ke depannya ia lebih prefer pada e-book, nggak ada masalah. Poinnya terletak pada membaca bukan dari mana dan menggunakan apa ia membaca.
Meningkatkan minat baca seperti yang saya sebutkan di atas adalah dibentuk dan dibiasakan sejak dini. Bahasanya sih dididik untuk jadi kutu buku. Kutu buku menurut saya adalah julukan terhormat, bukan julukan yang menyeramkan dan cupu seperti yang kebanyakan orang stempelkan pada setiap pencinta buku. Selain dibiasakan, dukungan pemerintah juga akan sangat membantu, seperti pengadaan perpustakaan daerah yang tidak hanya terbatas pada kota-kota besar, tidak hanya terbatas pada halangan bahwa karena minat baca di suatu daerah rendah, oleh karenanya pengadaan buku-buku yang baik, mendidik dan berkualitas tidak diperlukan. Justru sebaliknya, karena minat bacanya rendah, kita harus berusaha mengurangi atau bahkan ‘membunuh’ hal itu dengan pengadaan perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang menarik untuk dibaca. Remaja sekarang, meski ada yang lebih suka cerita romantis dibanding buku-buku yang berkaitan dengan ilmu politik, hukum atau ekonomi, juga akan menemui yang namanya perkembangan dan pergeseran persepsi terhadap buku yang mereka baca. Seiring waktu, ketertarikan akan buku-buku yang bermanfaat dan memiliki banyak ilmu pengetahuan akan terbentuk dengan sendirinya dan minat baca mereka pun akan berkembang tidak hanya pada satu topik atau konflik saja. Jadi, cara meningkatkan minat baca dapat dibentuk oleh orang tua, dikembangkan oleh pembaca sendiri tak lupa dengan bimbingan guru/dosen, dan membutuhkan dukungan dan sokongan dari pemerintah.
kemudian tanggapan dalam hal minat baca buku pada masyarakat, dalam hal ini akan menjadi pr yang serius bagi kita bahwa tak di pungkiri pemuda sekrang lebih berhobi pada gadget dari pada untuk membaca buku, menurut saya mungkin dimulai dari keluarga kecil kita dari kecil mungkin adek anak maupun keponakan kita tanamkan gemar membaca buku, kemudian jika padakhalayak masyarakat yang benar-benar gemar membacanya rendah salah satu faktor mungkin karena kurangnya fasilitas misalnya perpustakaan di daerah diperbanyak koleksi buku dan bisa juga membuka perpustakaan keliling di tempat ramai yang sering dikunjungi seperti alon-alon kota maupun taman-taman kota yang lainya, memang tidak mudah tapi pelan-pelan pasti generasi akan terselamatkan dan gemar membaca, Terimakasih.
Untuk pertanyaan pertama, menurut saya memang benar alihteknologi dari buku menjadi eBook itu menjadikan buku tidak ditinggalkan. Ke eksisan buku sudah mulai redup di zaman ini. Namun perlu dipahami, buku pun juga tidak boleh ditinggalkan. Terlepas dari eBook dan buku, semua sekarang tergantung pada diri masing-masing pembaca.
Untuk pertanyaan kedua. Cara agar menimbulkan minat baca di masyarakat adalah dengan mewajibkan setiap Kelurahan memiliki perpustakaan masing-masing. Agar warga dapat dengan mudah membaca buku. Dan bagi anak sekolah, mereka seharusnya di wajibkan untuk membaca setiap sehari sekali di luar pelajaran. Entah itu membaca cerpen, puisi, artikel ataupun novel. Jika itu semua sudah menjadi kebiasaan akan sangat berkembang dunia baca di masyarakat.
Terima kasih.
Nama: Nurhidayah Tanjung
Email: nurhidayahtanjung@yahoo.co.id
2. Pertama, secara paksa, seperti misalnya pemerintah daerah untuk memberikan aturan wajib membaca dari jam sekian sampai sekian, atau di setiap tempat umum terdapat mading. Kedua, natural, bahwa ketika manusia memiliki mata tentu akan melihat, pada saat melihat lalu tertarik maka akan memperhatikan. Sama halnya dengan membaca, maka ketika tulisan dikemas secara menarik pasti mata akan memperhatikan dan berusaha membaca.
Satu satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri mb #eaak gitu kata Albert Einstein. Saya tidak yakin mb Afra, buku secara fisik tidak akan ditinggalkan tapi mungkin akan ada banyak perubahan dalam sistem penerbitan dan percetakannya saya yakin ada. Sekarang ada sistem print on demand, sistem ini saya pikir cukup efektif dalam menghindari menumpuknya buku yang gak ke jual di gudang toko buku. Kemudian teknologi E-book ada salahsatunya bukan karena ingin meninggalkan buku secara fisik, teknologi e-book ada untuk memudahkan saja, sama seperti kayak sifat dubmnia teknologi, suatu penemuan ada karena utk memudahkan manusia. Saya aja meskipun e-book ada tetep suka baca buku, beda feel nya, terus lebih ke mikirin ke kesehatan mata mb, lagian baca buku kita mengaktifkan hampir sebagian besar indera yang kita miliki. Jadi lebih banyak manfaat baca buku ketimbang e-book.
Bagaimana menghidupkan minat baca di masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku?
Awal Agustus lalu saya berkesempatan menghadiri Final Gramedia Reading Community Competition 2016 regional Sumut, menghadirkan pembicara pendiri Sokola Rimba, Butet Manurung, dalam talkshownya ia memaparkan pengalamannya mengajarkan orang rimba membaca. Bisa dibayangkan ya, jangankan minat baca, kemampuan membaca aja belum ada, tentu tantangannya sangat sulit. Butet inisiatif mengajar orang rimba agar mereka tidak ditipu orang pintar yang punya niat jelek, terkadang mereka disuruh menandatangani surat pembagian tanah eh ternyata isi surat itu justru setuju bahwa tanahnya di jual dengan harga yang gak masuk akal. Dengan membaca , orang rimba bisa mempertahankan haknya dan gak mudah ditipu lagi oleh orang jahat. Awalnya Butet mengajar layaknya di sekolah, tapi butet malah dicurigai, akhirnya diambil kesepakatan, orang rimba akan mengajar Butet cara hidup di hutan, sedangkan Butet mengajarkan orang rimba bersilat, padahal Butet gak punya skill itu, tapi ia terima haha. Perlahan tapi pasti, Butet pun tahu, bahwa inti dari menumbuhkan minat baca orang rimba adalah, jadilah bagian dari mereka dulu setelah itu mereka akan mau kita ajari. Jadi, pengalaman mengajar sambil muridnya gelantungan di pohon, Butet memakluminya, karena memang begitulah kebiasaan mereka.
Nurul Fauziah
Twitter : @nufazee
Blog : www.nufazee.com
2. Cara menumbuhkan minta baca adalah dari kita dulu yang hobi baca dan punya banyak koleksi buku bacaan. Yuk kita adakan kegiatan bermanfaat seperti bakti sosial. Tapi ini beda, bakti sosial kali ini lebih ke promosi buku bacaan yang kita miliki dan diharapkan agar kita memberikan motivasi kepada orang disekita kita untuk membaca buku sebanyak mungkin. Langkah awal praktismya adalah kita bersedia meminjamkan buku yang kita miliki secara gratis dan alhamdulillah dari pengalaman yang saya lakukan tanggapan teman2 sangat antusias. Karena faktor ekonomi juga menjadi alasan masyarakat yang belum menjadikan membaca adalah hobi atau kebutuhan mereka. Setelah program ini sukses barulah kita adakan gerakan wajib membaca 1 buku 1 bulan di daerah kita masing2. Jadi mulai bergerak nya dari kita, bukan nunggu kebijakan pemerintah dulu. Kira2 itu hasil pemikiran saya sahabat
Terima kasih atas kesempatan berharganya yaaa..
Menghidupkan minat baca masyarakat dapat dilakukan dengan membuat perpustakaan di desa-desa, serta dapat dilakukan juga dengan membuat program kerja desa dalam wujud memberikan satu buku bacaan kepada tiap keluarga setiap 3 bulan sekali, jenis bacaan dapat disesuaikan dengan melakukan pendataan melalui pembagian angket pada warga mengenai dalam bidang apa ketertarikannya, sehingga akan memicu budaya baca masyarakat, terima kasih, wassalamu'alaikum...
Untuk menghidupkan minat baca di masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku, mau tidak mau harus melalui edukisi yang berkelanjutan. Bagaimana caranya, mungkin harus diteliti/telaah dulu sosial budaya masyarakatnya, kemudian dilakukan tindakan sesuai hasil penelitian dan telaah itu. Misalnya untuk masyarakat di perkampungan kerajinan tangan, bisa diupayakan program membaca yang dapat mendukung pekerjaan dan kegiatan sosial mereka, sehingga mereka menyadari, baca itu penting, baca itu bisa menambah penghasilan, baca itu bisa meningkatkan (self esteem/harga diri). Lambat laun, akan terbentuk kebiasaan membaca yang harus terus dijaga sampai ke beberapa generasi mereka berikutnya
Yang menjadi penting apakah buku akan ditinggalkan masyarakat atau tidak, tidak bisa diukur dari bentuk fisiknya. Dalam kata lain, masalahnya bukan apakah buku tersebut berbentuk ebook atau lembaran-lembaran, melainkan cara berpikir manusianya. Penikmat dunia membaca akan tetap menikmati buku (dalam bentuk apapun). Tidak peduli seberapa banyaknya alternatif kesenangan lain yang dunia ini tawarkan, penikmat literasi akan tetap pada dunianya, sebab sudah mencintai buku. Lain halnya dengan yang tidak menyukai. Yang cenderung tidak suka membaca, meski buku sudah di-alihteknologi-kan dalam bentuknya yang paling simpel dan amat menarik, tetap saja tidak menjamin orang tersebut akan suka membaca (baca: melestarikan buku--ebook dan yang konvensional)
Untuk menjaga "kelestarian" dunia membaca dan para peminatnya, dibutuhkan kerjasama antara instansi pendidikan dan komunitas masyarakat yang berkecimpung dalam dunia literasi. Perbanyak komunitas kepustakaan yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat. Dorong mereka, izinkan mereka ikut aktif dalam agenda sekolah negeri dan instansi pendidikan lainnya. Kalau sudah berjalan seperti demikian, saya percaya, jangankan lestari, daerah masyarakat yang tidak punya budaya membaca pun lambat laun akan menjadi daerah yang hidup kebudayaan membacanya.
Wallahu a'lam.
Menurut saya alihteknologi bukan suatu kepastian agar buku tidak ditinggalkan. Pilihannya adalah menanamkan minat membaca, agar buku menjadi hal yang menyenangkan. Memang praktis membaca di hp, tapi mengingat efek gadget apalagi untuk anak2, yakin anak2 akan lebih suka membaca dibanding tergiur dg aplikasi lain atau game di hp tersebut? Orang2 dan saya pribadi cenderung lebih memilih buku dibanding ebook yang kurang enak ketika dibaca, jika buku dialihkan k ebook maka saya pikir minat baca semakin berkurang karena malas
Minat baca harus ditumbuhkan dari kecil, dari anak2, ya dengan buku utamanya, bukan ebook ^^
Menyediakan perpustakaan di rumah merupakan langkah awal yang baik dengan kegiatan membeli buku, jalan2 ke toko buku.
Mengenalkan bahwa berlayar di lautan buku adalah cara mengelilingi dunia dengan cepat, buku adalah jendela dunia tidak pernah salah
Karena saya pikir, pertama kali kita belajar dari buku^^
Terima kasih
Kalau dikampus kita mengenal diskusi dan presentasi yang mana kita akan disibukkan dengan mencari berbagai sumber referensi dari buku, maka menurut saya di suatu masyarakat juga bisa dibuat seperti itu. Misalnya pengurus desa membuat forum wajib diskusi untuk seluruh masyarakatnya (tetapi ada klasifikasi umur, kelas dan waktu), sediakan juga perpustakaan atau rumah baca free wifi di desa. Selain itu buat kelas ekstrakulikuler jurnalistik desa, news letter/majalah desa. Sebagai bukti hasil dari membaca. Buat kritik-kritik membangun melalui pamphlet seru tentang membaca. Saya rasa dengan begitu minat membaca akan hidup.
Kalau dikampus kita mengenal diskusi dan presentasi yang mana kita akan disibukkan dengan mencari berbagai sumber referensi dari buku, maka menurut saya di suatu masyarakat juga bisa dibuat seperti itu. Misalnya pengurus desa membuat forum wajib diskusi untuk seluruh masyarakatnya (tetapi ada klasifikasi umur, kelas dan waktu), sediakan juga perpustakaan atau rumah baca free wifi di desa. Selain itu buat kelas ekstrakulikuler jurnalistik desa, news letter/majalah desa. Sebagai bukti hasil dari membaca. Buat kritik-kritik membangun melalui pamphlet seru tentang membaca. Saya rasa dengan begitu minat membaca akan hidup.
Menurut saya adanya ebook itu hanya sebagai sarana mempermudah hajat seseorang dalam menggali ilmu yang ingin diperoleh dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Tetapi jika ditanya apakah ebook adalah jawaban ‘pasti’ agar buku tidak ditinggalkan, maka saya akan menjawab tidak. Sebab melihat masih banyaknya masyarakat yang hobi mengoleksi buku cetak, bahkan sampai ada yang mencetak buku elektronik ke buku cetak karena lebih merasa nyaman. Juga tradisi pesantren yang selalu menggunakan kitab-kitab dan buku-buku teks dalam proses pembelajarannya.
Kalau dikampus kita mengenal diskusi dan presentasi yang mana kita akan disibukkan dengan mencari berbagai sumber referensi dari buku, maka menurut saya di suatu masyarakat juga bisa dibuat seperti itu. Misalnya pengurus desa membuat forum wajib diskusi untuk seluruh masyarakatnya (tetapi ada klasifikasi umur, kelas dan waktu), sediakan juga perpustakaan atau rumah baca free wifi di desa. Selain itu buat kelas ekstrakulikuler jurnalistik desa, news letter/majalah desa. Sebagai bukti hasil dari membaca. Buat kritik-kritik membangun melalui pamphlet seru tentang membaca. Saya rasa dengan begitu minat membaca akan hidup.
Wassalamu'alaikum...
1. Tidak yakin jika ebook menggantikan buku cetak. Harusnya saling melengkapi dan tidak mengabaikan lingkungan hidup tempat tinggal kita yang menjadi tugas kita untuk menjaganya. Mengingat alam juga termasuk 'bacaan'
2. Untuk menumbuhkan minat baca dimulai dengan pengertian tentang keutamaan membaca dan ini adalah karunia. Dari keluarga lah kebiasaan membaca ditumbuhkan.
- Kalaupun tidak mengerti hikmah membaca, ada paksaan untuk aktivitas baca. Hal tersebut bisa dilakukan oleh yg berwenang, misalnya sekolah bagi pelajar, kantor bagi pegawai, serta Pemerintah demi rakyatnya.
- Upaya memperbaiki diri adalah menambah ilmu, salah satunya dengan 'membaca'
Publik figur bisa menularkan virus suka baca, lho.. Sebut saja mbak Afra (eh?) kalo belum suka baca mana kenal sama mbak Afra?&$#@*"&
Knapa nggak bikin peraturan aja untuk
'Jangan jadi artis kalau tidak suka membaca!!!'
O_o
...
o_o
2. sekarang kita hidup di zaman yang perkembangan teknologi sangat pesat, apalagi media sosial. Sehingga, tradisi membaca buku semakin tergeser dan akan luntur. tapi, sebaiknya kita pintar memilih media sosial. banyak sekali google apps yang sangat bermanfaat antara lain: steller, wattpad, medium, boqulib, wordpress, dsb. kita tidak hanya bisa membaca di beberapa media sosial diatas, tapi bisa memposting pemikiran dan pendapat apapun yang ada di kepala. sebab membaca tidak bisa dipisahkan oleh menulis.
Sekian dari saya, Salam literasi.
Saya yakin bahwa alih tehnologi di bidang perbukuan harus dilakukan dengan tidak menghilangkan buku edisi cetak dengan berbagai alasan termasuk untuk kepentingan referensi dan arsip. Diharapkan kehadiran ebook dapat mempermudah masyarakat mengakses buku sehingga lahir minat baca.
Ada faktor penyebab tidak adanya budaya baca di sebuah masyarakat. Dan saya mengambil contoh lingkungan desa tempat tinggal kami. Maka sebagai upaya menumbuhkan minat baca, saya dan suami mendirikan Rumah Baca Al-Ghazi. Fokusnya adalah menyediakan bahan bacaan yang menarik, mudah diakses, beragam, dengan berbagai program yang menumbuhkan keinginan membaca. Segmen pembaca RB tersebut adalah anak-anak usia 0 sampai 14 tahun yang relatif lebih mudah diarahkan. Mereklah yang akan menjadi duta buku menyebarkan semangat baca bagi keluarga masing-masing.
(Umi Laila Sari, Banyuasin)
2. Menghidupkan tradisi tentu bukan perkara yang mudah diperlukan sinergi dari semua pihak baik itu dari tingkat keluarga, pendidik bahkan pemerintah. Apalagi minat baca di Indonesia masih tergolong rendah. Secara makro bisa saja pemerintah meniru bagaimana negara yang minat bacanya tinggi itu membuat kebijakan yang bisa membuat masyarakatnya gemar membaca. Dalam lingkup lebih sederhana kita bicara bagaimana menghidupkan minat baca di keluarga.
Memang untuk menumbuhkan minat bisa dengan kesadaran atau dengan peraturan dahulu lalu baru timbul kesadaran. Jika hal pertama tidak terlalu membuat perubahan mungkin dengan jalan membuat peraturan bisa dicoba. Cara yang pertama tentu saja menumbuhkan kesadaran dari para orangtua. Jika orangtua sudah mengerti tentang pentingnya membaca, tentu lebih mudah untuk menanamkan minat tersebut ke anak-anak mereka. Cara konkrit yang bisa saya bayangkan adalah membuat peraturan membaca minimal 15 menit sehari. Orangtua dan anak-anak mereka duduk bersama membaca buku saat ba’da magrib. Menurut saya cara ini cukup efektif karena selain menumbuhkan minat baca, manfaat lain pun akan diperoleh antara lain mengurangi anak-anak menonton TV sekaligus melatih anak-anak untuk sholat isya tepat waktu. Memang waktu 15 menit sangat sebentar tetapi jika dilakukan secara rutin bisa menjadi suatu tradisi. Coba bayangkan jika setiap keluarga melakukan hal tersebut tentu tradisi membaca bisa dihidupkan bukan?
Ada faktor penyebab tidak adanya budaya baca di sebuah masyarakat. Dan saya mengambil contoh lingkungan desa tempat tinggal kami. Maka sebagai upaya menumbuhkan minat baca, saya dan suami mendirikan Rumah Baca Al-Ghazi. Fokusnya adalah menyediakan bahan bacaan yang menarik, mudah diakses, beragam, dengan berbagai program yang menumbuhkan keinginan membaca. Segmen pembaca RB tersebut adalah anak-anak usia 0 sampai 14 tahun yang relatif lebih mudah diarahkan. Mereklah yang akan menjadi duta buku menyebarkan semangat baca bagi keluarga masing-masing.
Selanjutnya, menurut saya menanamkan minat baca di masyarakat diawali dengan menghidupkan lingkungan dengan buku-buku, seperti ruang-ruang tunggu yang dilengkapi dengan rak-rak yang berisi buku, taman baca dan perpustakaan masyarakat sekitar. Perpustakaan tidak harus di dalam ruangan, di beberapa negara, ternyata ada juga perpustakaan di pantai. Bisa diakses siapa aja.
Untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat yang memang tidak memiliki tradisi membaca buku itu pertama, tentu saja diberi pengarahan dulu tentang manfaat baca. Lalu menyediakan bacaan yang disesuaikan kebutuhan masyarakat agar bisa menarik minat mereka, membangun perpustakaan umum ditempatkan di tempat strategis agar mudah diakses seluruh lapisan masyarakat.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Saya tidak yakin kalau buku cetak dialihkan ke ebook, bagi individu dengan minat baca rendah, karena membuka laptop atau hp untuk membaca akan berhadapan dengan beberapa godaan, iyya benar tujuannya untuk membaca, tapi apakah kita bisa menjamin kalau yang dibuka cuma ebook, mungkin juga membuka aplikasi lain sperti sosial media atau game, sehingga hal itu mengalihkan perhatian dari keinginan membaca.
Bagi individu dengan minat baca tinggi, saya yakin ebook pasti lebih bermanfaat dan sangat memudahkan.
Adapun menghidupkan minat baca masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi atau komunitas, membuat program atau kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, sperti muballig/penyuluh agama senantiasa mnghimbau masyarakat mengamalkan ayat yg pertama turun yaitu QS. al-Alaq (memberikan contoh yg lebih nyata dan perbandingan dengan bangsa-bangsa yg besar dan berhasil) bahkan penyuluh kesehatan pun menghimbau masyarakat untuk membaca buku-buku tentang kesehatan..
Dan saya yakin masih banyak bentuk kegiatan lain, dengan tujuan/konsep adalah meningkatkan minat baca masyarakat..
Wassalam.
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!