Da Conspiração, Buku Ketiga De Winst
Tunggu! Masih ada sekitar 2 pekan untuk bisa menikmati novel ini. Jika jadwalnya normal, insyaAllah baru awal Oktober novel ini turun cetak. Akan tetapi, setidak-tidaknya, ini bisa menjadi jawaban manis buat para pecinta Tetralogi De Winst yang senantiasa bertanya, "Kapan buku ketiga terbit?"
Ya, pertanyaan semacam itu memang begitu sering mampir, baik via SMS, FB, Twitter, email, maupun jika sempat kopi darat. Terus terang, pertanyaan itu sering membuat saya merasa rikuh. Dan juga bertanya-tanya. Mengapa dulu, saya begitu cepat menyelesaikan sebuah novel. Ada bahkan, satu novel yang berhasil saya tulis hanya dalam waktu 2 minggu! Tetapi, akhir-akhir ini, saya bertekad untuk lebih matang dan mendalam saat menulis sebuah novel. Hasilnya, saya memang melihat adanya peningkatan (nggak tahu kalau dari kacamata pembaca/kritikus, hehe). Yang paling jelas, adalah peningkatan ketebalan, hehe. Meski ketebalan halaman tak selalu berbanding lurus dengan kualitas, paling tidak menulis novel tebal pastilah membutuhkan waktu yang lebih lama. Empat novel terakhir saya, selalu saja meningkat jumlah halamannya. Katastrofa Cinta 266 halaman; De Winst 336 halaman; De Liefde 456 halaman; dan Da Conspiração ... 640 halaman!
Tetapi, tentu saja saya berharap peningkatan itu tak hanya sekadar tebal-tipis! Karena itu, saya juga berusaha untuk membuat riset data yang lebih mendalam, dan mencoba merancang alur yang seasyik mungkin. Pada novel De Liefde, banyak yang mengatakan saya agak kaku, tak se-groovy novel De Winst. Ini mungkin reaksi dari beberapa kritik yang mengatakan bahwa De Winst ini terlalu banyak kebetulan-kebetulannya, terasa lebih sebagai dongeng dll. Kritik ini saya reaksi dengan lebih berhati-hati saat menulis De Liefde. Akan tetapi, justru banyak pembaca setia saya yang protes. Akhirnya, saat menulis Da Conspiração ini, saya mencoba tak terlalu terbebani. Santai saja! Tak terlalu peduli nanti novel saya akan dibantai, dicincang, atau dibikin sate (halah! lebay!).
Saya tahu, ada 'ketakutan' tersendiri pada sebagian pembaca, khususnya yang pembaca pemula, pada buku-buku tebal. Karena itu, di Da Conspiração saya berusaha keras membangun sebuah suspense, dengan menyisipkan kejutan-kejutan di akhir-akhir bab. Entah berapa kali saya mengobrak-abrik alur yang sebenarnya sudah tersusun rapi, karena saya menemukan ide cerita lain, yang menurut saya lebih asyik. Dalam hal ini, karakter saya yang acak-abstrak sangat membantu, hehe.
O, ya ... saya juga harus berterimakasih kepada salah seorang pembaca setia saya: Mbak Ria R Karim, yang berasal dari Ende. Beliau ini yang mengirimi saya setumpuk literatur tentang Ende dan Flores, mulai dari sejarah, budaya, hingga cerita-cerita rakyat di sana. Tanpa bantuan beliau, tentu saya tak mampu menyajikan setting Flores sedalam di novel Da Conspiração.
Mau tahu gambaran isi novel ini? Berikut ini sinopsisnya! Monggo disimak :-)
SINOPSIS
Raden Mas Rangga Puruhita, pemuda terpelajar, sarjana ekonomi lulusan Leiden, ningrat Jawa, dan visioner. Ia dibuang ke Flores karena terlibat dalam gerakan melawan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.
Tan Sun Nio, gadis yang jelita, cerdas, ambisius, dan terlahir dari keluarga keturunan Tionghoa yang konservatif. Ia membuang diri ke Flores karena dikhianati calon suaminya. Namun, ia justru berhasil membangun sebuah kerajaan niaga terbesar di Indonesia Timur, dan menjadi orang terkaya di Flores.
Adapun Flores yang mereka datangi, sama-sama medan yang penuh bara. Awal abad XX, pulau itu baru beralih kekuasaan dari Portugis ke Belanda. Kondisi belum stabil. Bajak laut dan perampok merajalela. Pemberontakan para raja kecil atau mosalaki membuat bumi kian porak poranda.
Suratan nasiblah yang kemudian membuat mereka bertemu. Awalnya saling berhadapan sebagai lawan. Namun, mereka justru didekatkan ketika sama-sama terjebak dalam sebuah konpirasi tingkat tinggi. Konspirasi yang melibatkan sekelompok bajak laut yang dikoordinasi secara rapi menyerupai Mafioso di Sisilia: Bevy da Aguia Leste.
ENDORSMENT
Lengkap sekali alasan untuk segera jatuh cinta pada novel tebal berenergi sejarah seperti Da Conspiração ini. Penataan alurnya sangat kompleks dan matang, konflik ketat, penokohan kuat, setting pekat dan berpindah-pindah. Benar-benar memikat! (Azzura Dayana, Penulis Novel Tahta Mahameru, Pemenang Lomba Novel Republika 2012).
Sebuah roman sejarah yang langka! Da Conspiração membidik setting Flores di masa penjajahan, dan memadukannya dengan kisah cinta, perjuangan, dan pencarian akan makna kehidupan beberapa anak manusia. Sungguh perpaduan yang manis dan pas antara riset, plot, dan imajinasi yang cerdas. (Ifa Avianty, Penulis Novel-Novel Best Seller).
Da Conspiração berhasil memadukan cinta berbalut sejarah dan konspirasi. Tak hanya menyuguhkan kisah dengan keteraturan alur dan konflik yang kompleks, tapi memberikan kejutan hampir di setiap babnya, dan semuanya membuat saya semakin penasaran untuk sampai di lembaran terakhir. (Sinta Nisfuanna, Penikmat Buku).
37 komentar untuk "Da Conspiração, Buku Ketiga De Winst "
Bru liat covernya aja dah jatuh cinta.
Jujur neh Mb, justru Sy yang senang sekali bisa bantuin Mb Afra... :D
_Ria_
#masih da yang ke 4 nggak...?
setelah tamat da conspiracao, malah jadi makin penasaran,
kapan nih kira" keluar book ke-4nya?
kasih bocoran dong bulan apa rilisnya? hehehhehe....
Trimakasih mbak Afifah Afra untuk cerita fiksi yang sangat kayaaaaa ini
Saya menyukai dua buku tersebut, dan belakangan baru tahu De Winst ternyata tetralogi dan telah menelurkan buku keduanya. Lama sekali saya baru membaca buku keduanya, dan sejujurnya, agak merasa antiklimaks setelah membaca De Liefde.
Meski dalam artikel di atas ditulis terlalu dongeng, bagi saya De Winst justru menyajikan kisah yang paling logis namun menggoda untuk dibaca. Konfliknya pun sangat menarik. Meski hanya berawal dari kecemburuan Jan Thijse pada Rangga gara2 masalah Kareen, yang dalam novel picisan pasti akan sangat ditekankan urusan cinta ini, dalam De Winst kisah cinta itu justru menyeret Rangga pada pengadilan bernuansa nasionalisme dan perjuangan. Bahkan sampai akhir pun Rangga tidak menyadari, penangkapannya berawal dari urusan pribadi, bukan nasionalisme.
Belum lagi penyamaran Sekar yg kalau pembaca teliti, seharusnya bisa ditebak, tapi sudut pandang para tokoh yg mengisahkan Kresna membuat pembaca jadi ragu. Satu lagi keunggulan De Winst, pengetahunan2 yang disisipkan dalam novel ini pun saya rasa cukup layak disandingkan dengan informasi yang diolah Dan Brown dalam novel2nya. :)
Sedangkan De Liefde, kesan pertama "down" berawal dari layoutnya. Dibandingkan dua novel lainnya yang sudah terbit, De Liefde menjadi yang paling kurang menarik. Apalagi, dengan keterangan judul "Memoar Sekar Prembayun", saya mengharapkan buku tersebut sepenuhnya berisi narasi dari Sekar. Tapi ternyata ada terlalu banyak sudut pandang dalam De Liefde, ada jauh lebih banyak tokoh dibandingkan De Winst yang diceritakan masing-masing memiliki porsi sudut pandangnya sendiri, sehingga sedikit membuat bingung. Pun penggunaan kata ganti yang tidak konsisten, untuk Sekar digunakan kata "aku", sedang untuk tokoh lain menggunakan kata ganti orang ketiga. Hal tersebut berpengaruh banyak saat penulis menceritakan Joseph Reynierse, tapi tiba2, bahkan tanpa pembatas dalam bab, narasi beralih menjadi "aku"-nya Sekar.
Dari sisi cerita, bagi saya justru lebih "dongeng" dan lebih banyak kebetulannya dibandingkan 2 novel lainnya. Kebetulan bahwa Roesmini yang ditemukan Sophie ternyata "pelayan"nya Reynierse yang rumahnya ditinggali Sekar, kebetulan pula bahwa Roesmini ternyata anaknya klien Everdine. Tema novel pun terlalu banyak menekankan pada kehidupan pelacuran zaman penjajahan dan anak-anak "haram" yang lahir darinya, sehingga nuansa perjuangannya hanya sekilas tersirat dari dua hal: kebosanan dan pemikiran Sekar yang terus diulang2 (walaupun intinya sama saja), serta ketidaktahuan Everdine akan alasan penangkapannya yang membuatnya merasa bahwa apa yang dialaminya adalah perjuangan. Endingnya, menurut saya, merupakan kebetulan yang paling besar bahwa Julie ternyata adalah Putri Juliana, dan pengungkapan jati dirinya sebagai putri mahkota terlalu dipaksakan oleh penulis, seperti sinetron Indonesia pada episode terakhirnya. Hehe... peace ^^v
Ketertarikan saya pada novel ini terletak pada kisah Sekar, dengan segenap pemikirannya akan "emansipasi" namun Islami dan pemberontakannya terhadap sistem keraton. Harapan awalnya sih gejolak hati Sekar dieksplor lagi, mungkin dengan flashback masa kecilnya yang penuh pengekangan atau usaha lain Sekar mendobrak pakem tentang wanita. Dan yang menambah ketertarikan saya pada De Liefde adalah ending dari kisah Sekar, bahwa dia tiba di Jerman. Sayang sekali kelanjutan nasib Sekar di Jerman tidak diceritakan, jadi saya hanya bisa menunggu, barangkali di novel keempat ada. Itu akan memperluas wilayah sejarah yang bisa ditelusuri dalam tetralogi ini. :)
(bersambung)
Nuansa De Winst kembali dihadirkan oleh Da Conspiracao, karena menyajikan lebih banyak konspirasi yang "ketemu ujungnya" dibandingkan De Liefde. Yah, walaupun saya kurang menikmati kisah Rangga dibandingkan Sekar, hehe... Dan meskipun awalnya kecewa karena tokoh penjajah Belanda-nya jadi tenggelam dengan tokoh2 Portugis dan Cina, intrik dalam novel ini mampu mengobati kekecewaan itu. Agak kecewa juga karena tokoh Rangga pada akhirnya tidak memahami apa yang terjadi dan siapa dalangnya, sementara pembaca ber-"ooo" pada akhir novel (berarti permainan emosionalnya sampai hati pembaca nih).
Mengenai Tan Sun Nio, pas lihat daftar isi, kaget juga sih, siapa nih tokoh tiba-tiba muncul, dan dinarasikan dengan sudut pandangnya sendiri yang bergantian dengan Rangga. Tetapi pergantian sudut pandang itu justru bisa memudahkan pembaca untuk mengikuti alurnya, sedikit menyerupai De Winst dan jauh lebih baik dibandingkan De Liefde. Agak menyebalkan juga ketika Rangga menaruh hati pada Tan Sun Nio sampai2 bayangannya muncul pada pikiran terakhir Rangga sebelum ingatannya hilang. Menyebalkan karena Rangga menjadi mirip don juan, setelah cintanya pada Everdine dan Sekar (mengingat tetralogi ini bertema perjuangan, bukan roman), tetapi unik karena ketiga perempuan ini berasal dari bangsa yang berbeda. Unik juga buat saya sendiri, karena meskipun agak kurang suka kalau novel perjuangan berbalut terlalu banyak roman, konflik hati ini mengarahkan pembahasan mengenai poligami. Mungkin bagus juga nanti di novel keempat, ada pembahasan tentang poligami dari 4 sisi: Rangga dengan hasratnya sebagai laki-laki namun sadar akan kewajiban adil dalam poligami, Everdine yang berasal dari Barat yang biasanya antipoligami namun terbuka dengan hukum2 Islam, Sekar dengan latar belakang keraton yang melegalkan raja punya gundik namun menyerukan "feminisme", dan Tan Sun Nio yang berlatar Cina dan dibutakan cinta pada Rangga.
Sejauh 3 buku ini, kisahnya sepertinya mengalir mandiri, dalam arti setiap kisah pada buku tidak terlalu banyak bergantung pada buku sebelumnya. Untuk buku keempat, harapan saya bisa seperti Harry Potter, hal kecil yang pada buku-buku awal dianggap remeh dan tidak berarti dalam konflik, ternyata menjadi kunci pembuka untuk konflik pada buku-buku akhir.
Seperti novel Harry Potter, yang dikisahkan dari sudut pandang Harry meskipun mengambil kata ganti orang ketiga, saya juga berharap novel keempat tetralogi ini juga mengambil sudut pandang tokoh utamanya saja. Bolehlah tokoh utama novel keempat ini 4 orang di atas (Rangga, Everdine, Sekar, Tan Sun Nio), dan setiap konflik diuraikan dan diselesaikan dari sudut pandang keempatnya. Agak menyerupai Da Conspiracao, dan tidak seperti De Liefde yang membuat pembaca tahu dalangnya tapi para tokohnya masih "buta".
Oh iya, satu lagi, kalau pengetahuan umumnya ditambah banyak seperti novel2 Dan Brown, menarik banget tuh. Bisa belajar sejarah dengan bahasa yang santai. :D
Btw, afwan ya, Mbak, kalau kepanjangan dan banyak kritik. Gak nyadar, ternyata udah 2 halaman MS Word sendiri komennya, dan bahkan gak muat dalam satu komen -___-
Love you and your historical fiction :)
*adik kelas Mbak di Undip yg waktu itu ngundang Mbak di seminar kepenulisan di Undip juga :D
Mimin 'diteror' terus nih sama fans mbak Afra, hehe
3 buku sebelumnya udah jadi fosil lho hihihihi....
Sukses terus mbak, fans menunggumu....
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!