Intan, Itu Bukan Jihad...
Intan Olivia Marbun, balita yang menjadi korban bom Samarinda |
Intan, maafkan Bunda, jika karena ulah salah
seorang yang mengaku muslim, kau terluka dan akhirnya tiada. Tuhan lebih sayang
kepadamu, dan kemudian memilih memanggilmu lebih cepat. Kau meninggal dengan
cara yang sangat tragis. Saat kau asyik bermain dengan teman-temanmu, tiba-tiba
bom meledak. Bom di gereja tempatmu dan keluargamu beribadah.
Intan, sebagai seorang muslim, Bunda merasa
sangat malu, terpukul dan kecewa. Ya, kecewa dan marah kepada si pelaku, juga
kepada orang-orang yang merancang aksi keji itu—jika ternyata si pelaku itu
tidak sendiri dalam melakukan pengeboman itu. Intan, seandainya kau masih
hidup, ingin Bunda memelukmu dan membisikkan kepadamu, bahwa Bunda juga muslim,
sama seperti si pengebom. Tetapi, Bunda tidak setuju dan sangat benci terhadap
perilaku terorisme.
Dan sejatinya, bunda
setuju, bahwa terrorist has no religion. Semua teroris itu tidak punya
agama, baik Islam, Kristen maupun agama lainnya. Hitler, yang membantai 6 juta
bangsa Yahudi, masihkah dia beragama? Ketika
Anders Breivik secara membabi buta menembak dan menewaskan 69 orang serta
ratusan lainnya di Pulau Utoya, Norwegia
2011, apakah Anders layak disebut beragama? Ketika orang-orang Sekte Aum
Shinrikyo melepaskan zat beracun di kereta bawah tanah Tokyo tahun 1995 dahulu,
yang menewaskan 12 orang dan puluhan sakit parah, apakah orang-orang itu
beragama?
Usia Bunda sudah hampir 40 tahun, Intan. Sejak lahir, Bunda
beragama Islam. Keluarga besar Bunda juga Islam. Bunda belajar agama dari para
Ustadz, mengaji secara rutin, kuliah di ma’had
(semacam sekolah agama), dan tak sekalipun Bunda diajari bahwa ada bagian dari
ajaran agama Bunda yang membolehkan mengebom dan membunuh anak-anak kecil yang
tak berdosa. Percayalah Bunda, Sayang... Islam itu berasal dari kata salm yang artinya damai, Allah SWT berfirman,
“Dan jika mereka condong kepada
perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal
: 61).
Bunda bertetangga serta berteman dengan banyak penganut agama lain, berbisnis dengan non muslim, saling berbagi
ilmu dan pengalaman. Protestan, Katolik, Hindu, Budha. Jawa, Tionghoa, Batak,
Sunda, Arab. Tak ada sedikitpun terbetik di hati Bunda untuk menyakiti hati
mereka. Kami hidup berdampingan dengan damai.
Islam mencintai kedamaian. Rasulullah, teladan
kami Ummat Muslim, adalah seorang pribadi yang santun, penuh kasih sayang dan
kelembutan. Beliau pernah dimaki-maki seorang pengemis buta yang beragama
Yahudi. Namun, bukannya membalas, beliau malah menyuapinya bubur setiap hari.
Terus beliau lakukan hal itu tanpa pernah memberi tahun siapa dirinya. Sang
pengemis, sambil makan bubur, terus saja mencaci-maki beliau. Sampai suatu
saat, Rasulullah wafat. Cerita itu nyaris tak terungkap, sampai suatu ketika,
Abu Bakar bertanya kepada Aisyah, puteri beliau yang merupakan istri
Rasulullah. Abu Bakar bertanya, amalan apa dari Rasulullah yang belum pernah
dilakukan Abu Bakar. Lalu Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah selalu menyuapi
si pengemis buta itu.
Maka, Abu Bakar pun datang kepada si pengemis,
dan menyuapinya. Namun si pengemis marah. Dia bilang, bahwa cara menyuapi Abu
Bakar tidak selembut orang sebelumnya. Abu Bakar pun menangis. Dia bilang
kepada si pengemis. “Tahukah kau siapa orang itu?” Ketika Abu Bakar menyebut
Rasulullah, si pengemis ikut menangis terisak-isak.
Rasulullah tetap bersikap lembut kepada si
pengemis, padahal mereka berbeda agama. Dan si pengemis bahkan menghina
Rasulullah terus menerus.
Si pengebom itu ingin berjihad? Jangan
tertipu, Intan... itu bukan jihad.
Meski dia mengenakan kaos bertuliskan Jihad. Entahlah, mungkin ilmu Bunda dalam soal agama belum
cukup, meski Bunda sudah membaca sekian banyak kitab, tafsir dan
tulisan-tulisan para ulama. Tetapi, setahu Bunda, jihad itu ada ketentuannya.
Islam, agama Bunda, memang juga mengatur perang. Tetapi, perangnya tidak
seperti itu, Intan. Perang hanya diperbolehkan dengan syarat-syarat khusus,
untuk tujuan tertentu, dan sebab tertentu. Tentu hal ini bisa kau pahami,
Nak... sebab, di negeri ini pun, kita memiliki para tentara yang dilatih untuk
perang. Kadang, keadilan dan kebenaran perlu ditegakkan dengan kekuatan
senjata. Untuk melawan orang-orang jahat, kita boleh kan, berperang.
Tetapi, meski diperbolehkan, Dalam Islam,
perang memiliki beberapa syarat, di antaranya tidak boleh membunuh anak-anak. “Rasulullah ï·º mewasiatkan kepada panglima perang atau pasukan, yang pertama agar ia
dan pasukannya bertakwa kepada Allah. Di antara yang beliau katakan adalah
“…jangan kalian membunuh anak-anak…” (HR. Muslim,
1731).
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud, Rasulullah ï·º bersabda,“Janganlah kalian membunuh
orang tua yang sudah renta, anak-anak, dan wanita…”
(HR. Abu Dawud 2614, Ibnu Abi Syaibah 6/438, dan al-Baihaqi dalam Sunan
al-Kubra 17932).
Kaum muslimin juga dilarang membunuh rahib
(pendeta), tidak boleh memutilasi mayat, tidak boleh membuat kerusakan di muka
bumi, seperti merusak tanaman, menghancurkan bangunan dan sebagainya.
Rasulullah pernah berwasiat kepada pasukannya, “Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya,
jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah
kalian merobohkan bangunan…” (Riwayat al-Baihaqi).
Jika ada pasukan musuh yang ditawan,
Rasulullah juga menyuruh agar diperlakukan dengan baik, tidak disiksa, diberi
makanan yang cukup dan sebagainya. “Dan
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan
orang yang ditawan.” (QS:Al-Insaan: 8).
Untuk menegakkan ajaran agama, seperti
berperang melawan orang jahat, Rasulullah menggunakan istilah jihad
fiisabillah. Jihad artinya berjuang bersungguh-sungguh, fii sabilillah artinya
di jalan Allah. Bagaimana dengan orang yang telah mengebom gereja tempatmu
beribadah? Itu bukan jihad, Intan.
“Dan
janganlah kalian membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang
benar.” (QS. Al-Israa’: 33). Kira-kira, apa alasan
yang membenarkan dia membunuhmu? Sedangkan dalam keadaan perang saja, misal
orang-orang dari agamamu menyerang agamaku (semoga kita tetap rukun ya...),
kami tetap dilarang membunuh anak-anak, orang tua dan kaum perempuan. Apalagi,
Indonesia adalah negara damai. Kaum muslimin hidup berdampingan dengan agama
lain.
Demikian juga, Nabi kami pun melarang kami
membunuh kaum yang tidak seagama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membunuh jiwa seorang
mu’ahad (orang bukan islam yang memiliki ikatan perjanjian dengan pemerintah
kaum muslimin) maka dia tidak akan mencium bau surga, padahal sesungguhnya
baunya surga bisa tercium dari jarak perjalanan 40 tahun.” (HR. Bukhari).
Jadi, percayalah, Intan... Islam bukan agama
bangsa bar-bar. Kami diajari untuk senantiasa ramah, penuh kasih, dan
menghormati orang lain. Kami juga dilarang untuk menghina sesembahan (tuhan)
agama lain.
"Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan
Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan." (QS Al-An'am: 108).
Sekali lagi, Intan... ajaran agama Bunda,
tidak membenarkan kelakuan teroris itu. KAMI MENGUTUK KERAS KEJADIAN itu. Ada
sebagian orang mengatakan bahwa ada rekayasa ini dan itu. Entahlah... Bunda
tidak mengerti apa itu. Tetapi, jika memang ada orang-orang yang ingin mengambil
keuntungan dengan peristiwa ini, atau ingin mengadu domba antarumat beragama di negeri ini, sungguh bunda sangat benci
dengan orang-orang tak berhati nurani itu.
Intan, saat ini, di
berbagai belahan dunia, terjadi tragedi-tragedi yang memilukan. Bunda sedih,
karena yang menjadi korban, di antaranya adalah anak-anak. Pendudukan Israel di
Palestina, sering diwarnai dengan kekerasan, di mana bocah-bocah Palestina
menjadi korban. Di Suriah, bom-bom yang dijatuhkan juga sering menyasar ke
anak-anak. Tak terkecuali di Indonesia, anak-anak banyak menjadi korban
kekerasan yang dilakukan orang-orang dewasa.
Seorang kakak di Palestina mendoakan adiknya yang meninggal akibat bombardir Israel |
Intan, semoga kau
tenang di alam sana. Dalam keyakinan kami sebagai Muslim, manusia yang meninggal
dalam keadaan masih anak-anak, apapun agamanya, jika belum baligh, dia akan
masuk ke surga. Semoga kau dipertemukan dengan bocah-bocah sedunia yang menjadi
korban dari berbagai aksi kebiadaban. Semoga kalian semua bergembira,
bermain-main dengan riang gembira di taman surga, tanpa takut ada teror bergentayangan
di sekitar kalian.
Akhirnya, sebuah puisi
Bunda persembahkan untuk kalian.
UNTUK INTAN
Intan... kau tak sendirian
Ada sahabat-sahabatmu
Yang akan temanimu di keabadian
Bocah-bocah Palestina
Yang wafat tertimpa bom sang
durjana
Balita-balita Suriah yang
bergelimangan
Tercabut nyawanya oleh tingkah
sang bedebah
Mereka akan jadi teman-temanmu
Yang akan menghiburmu
Intan... kau begitu belia
Putih, polos, tanpa dosa
Dunia menangisi kepergianmu
Dengan cara yang tak terbayangkan
Namun, percayalah,
Kau kan bersulam bahagia di alam
sana
Sebab di dunia fana ini
Terlalu banyak kepongahan
Kebiadaban dan kekejaman
Dipertontonkan
Intan, tak usah gulana
Karena, kau akan dijadikan hiasan
indah
Bersama bocah Suriah dan
Palestina
Di taman surga
Solo, 16 November 2016
11 komentar untuk "Intan, Itu Bukan Jihad..."
Saya heran, terbuat dari apa hati para pembom itu..
dan semoga negara lebih tegas lagi kepada teroris
Aparat harus mampu melindungi masyarakat
Semoga Allah yang membalas pelaku bom dunia akhirat..!!!
Bunda Afifah Afra, anak kecil non-muslim yang belum baligh lalu meninggal, apakah masuk syurga?
by, www.catatanazzar.blogspot.com
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!