Untuk Sahabat Kesayangan
Duduklah di sini, sahabat kesayangan
Di bangku kayu ini, kita berhadap-hadapan
Aroma kopi susu menyibak sungkan
Sari bunga taman menyejuk bara ingatan
Asap kopimu bertaut dengan asap kopiku
Mereka mengajari kita, indahnya bertaut dalam satu
Tetapi, mengapa tatap mata kita masih saja beku?
Sahabat, ke sini, ke mataku kau harus menatap
Di korneoku tersimpan segudang harap
Kumohon kau sampaikan apa maumu
Lalu izinkan kuungkapkan apa inginku
Mungkin ada rasa tidak setuju
Mungkin berlusin sangka tak tentu
Persahabatan kita tlah lama tertikam sembilu
Maka, kuundang kau untuk duduk berdua di sini
Dalam suasana nyaman sejati
Lembut terasa nyanyian hati
Bertautlah dua keinginan
Berkawin dan berpinak kesepakatan
Begini cara kita merenda perbedaan
Hangat penuh alun persahabatan
Bukan berkicau sengak
Di ruang penuh arak
Berlomba keras berbahak
Bukan pula di ruang maya
Saat lisan bertelur caci
Maki terumbar tanpa basa-basi
Bak peluru dari penembak frustasi
Apa yang kau cari?
Kau pikir cacimu bikin ku jeri?
Lalu tunduk pada ancammu?
Tidak, aku justu akan meronce sembilu
Kulempar tepat di ulu kalbu
Kita akan terbahak
Lihat darah bertumpah-tumpah
Jiwa bernanah-nanah
Sudahi, sudahi Sahabat...
Duduklah kemari
Nikmati senja sore hari
Bersama aroma kopi
Yang terus menari-nari
Mengajak jiwa lemah ini
Tetap berseri-seri
(Yogyakarta, 7 Agustus 2017)
Posting Komentar untuk "Untuk Sahabat Kesayangan"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!