Venezuela Punya Presiden "Kembar", Akankah Perang Pecah di Sini?
Presiden "kembar" |
Beberapa tahun yang lalu, kota Solo ramai diperbincangkan,
karena ada satu keraton memiliki 2 raja. Suksesi yang tak smooth membuat ada 2 Pakubuwono XIII bertakhta. Pangeran Hanggabehi
dan Pangeran Tedjowulan sama-sama naik takhta sebagai PB XIII. Meski saat ini
sudah ada rekonsiliasi, saat itu Solo benar-benar ramai.
Padahal, keraton Solo tidak memiliki kedudukan secara
politik. Berbeda dengan Keraton Yogyakarta yang memiliki kedudukan politis, posisi keraton Solo hanya semacam pemangku adat. Bagaimana jika itu terjadi pada
sebuah negara?
Baca: Yuk, Pahami, Inilah Sejarah Mengapa Yogyakarta Jadi Daerah Istimewa!
Baca: Yuk, Pahami, Inilah Sejarah Mengapa Yogyakarta Jadi Daerah Istimewa!
Venezuela, tentu kalian mengikuti berita negara ini, bukan? Bagi
generasi 90-an, Venezuela tentu tak asing. Telenovela Kassandra misalnya,
merupakan salah satu telenovela asal Venezuela yang pernah ngetop di Indonesia. Bintangnya yang cantik jelita,
Coraima Torres, bahkan pernah datang ke Indonesia. Emak-emak pada histeris. Saat itu saya masih SMP, ya,
tahun 1994. Siapa yang penggemar doski, ayo tunjuk jari!
Tetapi, hebohnya Venezuela kali ini bukan karena telenovela,
tetapi karena presiden kembar. Lho, kok kembar? Kembar dalam hal ini bukan
berarti ada dua orang kembar yang menjadi presiden, tetapi di negeri ini ada 2
orang presiden yang saling mengklaim dirinya sah. Uniknya, dua-duanya punya
pendukung militan.
Dilansir dari bbc.com (24/1/2019), pemimpin oposisi
Venezuela, Juan Guaido, mengangkat dirinya sebagai presiden Venezuela pada
23/1/2019. Padahal, Venezuela sudah memiliki presiden hasil Pemilu tahun 2018.
Dilansir dari nytimes.com (20/5/2018), Pemilu yang
diselenggarakan pada 20/5/2018 itu, Nicolás Maduro berhasil menang. Maduro
dilantik pada 10/1/2019, dia merupakan kader dari Partai Sosialis Bersatu
Venezuela, atau The United Socialist Party of Venezuela (USPV).
Namun, pihak oposisi tidak mau mengakui kemenangan Maduro.
Mereka menuduh Pemilu di Venezuela sarat dengan kecurangan. Mereka pun
memboikot dan puncaknya, Rabu kemarin (23/1/2019), pemimpin partai oposisi,
Juan Guaido, menyatakan diri sebagai presiden Venezuela. Demonstrasi terjadi di mana-mana, bahkan sampai memakan korban jiwa. Sekitar 20 orang meninggal pada demo yang menuntut agar Maduro lengser.
Suasana negeri penghasil minyak itu menjadi sangat kacau.
Masing-masing pihak dan pendukung sama-sama mencoba mempertahankan posisi
sebagai penguasa. Kondisi makin karut-marut, karena pihak luar negeri ternyata
ikut bermain dalam krisis tersebut. Dilansir dari Harian Republika (27/1/2019),
Presiden AS, Donald Trump secara tegas tidak mengakui Maduro dan mendukung
Guiado. Tindakan AS ini didukung oleh Brazi, Argentina, Chile, Kanada, Inggris,
Jerman dan sebagainya.
Caracas, Ibu kota Venezuela (foto: reddit.com) |
Di satu sisi, negara-negara seperti Turki, Tiongkok dan
Rusia tegas mendukung Maduro. Adapun sikap resmi Uni Eropa (minus Inggris,
Jerman, dan Spanyol), cenderung netral dan menginginkan Pemilu ulang yang
independen. Ketegangan pun terjadi di negeri itu.
Saat ini, setidaknya ada 3 kubu yang terbentuk:
Pro Guaido: AS, Kanada, UK (Inggris), Israel, Australia, negara-negara Amerika Latin seperti Brazil, Argentina dll.
Pro Maduro: Rusia, China, Turki, Iran, Suriah, Bolivia, Kuba.
Pro Pemilu Ulang: Uni Eropa.
Saat ini, setidaknya ada 3 kubu yang terbentuk:
Pro Guaido: AS, Kanada, UK (Inggris), Israel, Australia, negara-negara Amerika Latin seperti Brazil, Argentina dll.
Pro Maduro: Rusia, China, Turki, Iran, Suriah, Bolivia, Kuba.
Pro Pemilu Ulang: Uni Eropa.
Venezuela merdeka pada 30 Maret 1845 setelah dijajah oleh
Spanyol. Awalnya, negara ini termasuk kaya, karena memiliki sumber minyak
melimpah. Dilansir dari kompas.com (4/8/2018), Venezuela memiliki cadangan
minyak terbesar di dunia dengan jumlah 300 milyar barrel, melebihi Arab Saudi
yang hanya 266 milyar barrel. Saat harga minyak berjaya, rakyat negeri ini sangat makmur, karena program-program subsidi pemerintah yang berjibun.
Namun, kini Venezuela dibebat krisis ekonomi berkepanjangan
dengan inflasi yang sangat tinggi. Kabarnya, inflasi mencapai 1,3 juta persen. Gila, bukan? Salah satu sebab adalah harga minyak dunia
yang anjlok dan penguasaan teknologi perminyakan yang kurang. Kini, Venezuela
bahkan terbelit utang puluhan milyar dolar. Tragis sekali memang.
Sungguh ironis, di tengah kacaunya perekonomian di negeri
ini, kondisi perpolitikan pun mengalami krisis. Semakin rumit ketika
negara-negara asing pun ikut mengambil peran dalam krisis ini. Bahkan, sangat
mungkin perang besar akan terjadi di negeri tersebut.
Kok bisa perang? Karena ada "emas hitam" berupa minyak yang cadangannya melebihi Arab Saudi, Sis, Bro! Pernah ke Saudi, kan? Betapa makmur negar itu karena minyak yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka. Venezuela pun pernah semakmur Saudi, dan bisa menjadi makmur kembali.
Semoga permasalahan di Venezuela segera mereda. Dan lebih
dari itu, apa yang terjadi di negeri itu, tidak menimpa Indonesia pula. Ngeri deh, kalau Krisis Venezuela terulang di Indonesia. Sebab, kalau dilihat-lihat, kok ada sedikit-banyak kemiripan pola, khususnya dalam masalah perbedaan tajam antara penguasa dan oposisi.
14 komentar untuk "Venezuela Punya Presiden "Kembar", Akankah Perang Pecah di Sini?"
Semoga Venezuela segera menemukan titik tengahnya
Baru tahu kalau d sana ada mslh kepemimpinan.. Smg segera ada jalan keluar..
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!