3 Tipe Suami-Istri Berdasarkan Perilakunya di Media Sosial, Kalian Tipe yang Mana?
Hari yang teduh berpayung mendung, seketika berubah menjadi gelak tawa, ketika di timeline sebuah medsos, muncul satu status menarik. Isinya screen shoot dari sebuah chat, yang berisi komplain seorang istri kepada seorang perempuan muda. Entah itu chat beneran atau cuma rekayasa sekadar lucu-lucuan, yang jelas isinya bikin ngakak. Kurang lebih, begini isi chatnya.
"Kenapa kamu nge-like posting suami saya? Kamu suka padanya, ya?" si istri menuduh dengan marah.
"Aku nggak nge-like suamimu, cuma ngelike postingnya," jawab si gadis muda itu.
"Kamu pasti suka sama suamiku, ya? Kenapa kamu nggak cari cowok muda seusiamu aja, sih? Kamu kan cantik, pasti banyak yang suka! Jangan ngejar suami orang, dong!"
"Ibu baru pernah medsosan ya?"
"Aku nggak pernah punya waktu main FB. Tapi karena curiga suamiku suka mainan sama perempuan lain, akhirnya aku bikin akun FB."
"Bu, di FB mending, suami Ibu cuma di-like. Kalau di IG atau Twitter, malah di-love lho."
"Apaaaa, kamu mau nge-love suamiku juga???"
"Iya doong, kalau posting suami Ibu bagus, pasti saya LOVE."
"Wuaaaa...." GUBRAAAK!
Dunia medsos memang sangat ngetren sekitar satu dekade terakhir ini. Hampir semua orang kini sudah tidak asing lagi dengan yang namanya media sosial. Menurut kompas.com (9/11/2020), pengguna internet di Indonesia pada kuartal II tahun 2020 mencapai 196,7 juta orang. Angka ini adalah 73,7% dari total populasi Indonesia yang menurut BPS telah mencapai 266 juta jiwa! Angka yang luar biasa besar, bukan?
Nah, salah satu aplikasi yang paling populer di dunia internet adalah media sosial. Adapun, media sosial yang cukup banyak digemari adalah Facebook. Banyak kalangan menyebut bahwa Facebook sudah mulai ditinggalkan. Kalangan muda juga sudah mulai ogah FB-an. Tetapi, sepengamatan saya, di kalangan generesi Y dan generasi X, Facebook masih tetap menjadi media sosial utama.
Di sinilah titip permasalahannya. Generasi Y dan X, mayoritas sudah berkeluarga. Permasalahan muncul dari proses interaksi dengan sesama pengguna. Konon karena Facebook sangat banyak menayangkan data pengguna, maka "kepoisme" di dunia Facebook jauh lebih mengerikan dibanding media sosial lainnya. Dari situlah, seringkali kita bisa memetakan tipe-tipe pasangan suami istri berdasarkan perilakunya di dunia media sosial, wabil khusus Fecebook.
Saya membagi menjadi 3 tipe. Pertama, tipe pencuriga berat. Kedua, tipe cuek berat. Ketiga, moderat. Ya, karena maksudnya cuma buat guyonan saja (meski mungkin tetap bisa diambil pelajaran darinya), maka saya menghindari pembahasan yang terlalu berbelit-belit dan terkesan ilmiah.
Tipe pertama, PENCURIGA BERAT alias penganut KEPOISME AKUT. Maaf ya jika istilahnya mungkin belum terstandardisasi dan belum nangkring di KBBI, hehe. Intinya, mereka berdua, atau salah satunya, memiliki tingkat kepo, curiga dan cemburu yang di atas ambang batas kewajaran.
Suami maupun istri, salah satu atau keduanya, menjadi pengawas yang paling perhatian terhadap segala aktivitas pasangan di media sosial. Semua posting dicek, siapa saja yang like atau komentar dicek dan dikepoin biodatanya sampai detil. "Wah, siapa sih dia, kok nge-like postingan istri aku terus. Meluncur ah, ke wall-nya." Nah, kalau wall si liker tadi ternyata dikunci alias disetting privat, bisa-bisa dia akan sulit memejamkan mata hingga larut malam. Rasa penasarannya mengalahkan kantuk, pokoknya aku harus tahu siapa dia! SIAPA DIA!
Tipe suami/istri model begini, bahwa mungkin hapal akun dan password pasangannya, atau mungkin memaksa pasangannya untuk memberi tahu kode rahasia tersebut. Karena itu, sesekali atau berkali-kali, dia bisa sidak bahkan sampai chat-chat pribadinya. Lucunya, kadang sesekali dia mungkin akan berkomentar dan like atau bahkan nyetatus menggunakan akun pasangannya, dalam rangka melakukan konter terhadap pihak-pihak yang dia curigai. Haha.... Hidup memang kadangkala sedrama itu, tapi memang ada!
Saking curiganya, dia akan selalu mengumumkan bahwa: si dia adalah milikku. She is or he is MINE. Setiap posting, isinya proklamasi kemesraan, pamer kedekatan, pokoknya aku akan memasang pagar sekuat-kuatnya agar suami saya tidak diganggu siapapun, termasuk teman-teman kerja, teman sekolah dan sebagainya.
Sah-sah aja sih, menguntit pasangan sampai ke jalan paling sempit pun di media sosial. Tapi siap-siap saja kalau friends kalian jadi ngeri berinteraksi dengan kalian. Takut disemprit seperti kasus chat yang saya sebut di atas!
Sebenarnya, orang-orang model pencemburu kelas hiu seperti ini tidak cocok hidup di media sosial. Karena, sangat mungkin dia juga akan merasa tak nyaman berinteraksi dengan teman-teman lainnya. Ada status yang kebetulan pas dengan suasana hatinya, dikira nyindir. Kadar sensitivitasnya benar-benar menohok batas-batas keajaiban.
Tipe kedua, tipe si CUEK BERAT. Ini kebalikan dengan tipe pertama. Medsos istri yang urusan istri. Medsos gue, urusan gue. Dicolek istri diamin aja, tidak pernah menanggapi. Bahkan kalau perlu, tidak perlu berteman dengan pasangan di media sosial. Ngapain, toh tiap hari sudah bertemu di rumah. Medsos adalah duniaku yang spesial, tempat aku berteman dengan siapapun tanpa direcoki pasangan.
Tipe kedua ini akan sangat bete atau setidaknya agak nyinyir jika bertemu dengan pengguna medsos yang hobi memamerkan kemesraan dengan pasangan. Juga paling malas memosting foto bersama istri/suami, atau kegiatan bersama keluarga. Pokoknya, inilah dunia di mana aku benar-benar menjadi orang bebas tanpa ikatan, dan tak mau mengikat siapapun.
Mau model cuek, juga sah-sah saja. Tapi kalau sampai menganggap bahwa "di dunia medsos aku adalah orang yang merdeka dari anak dan istri", ini juga bahaya. Medsos bukan dunia yang terpisah dari dunia nyata. Medsos bukan dunia lain, di mana kita tampil dengan kepribadian baru, status baru dan kebebasan baru.
Tipe ketiga, ini MODERAT, perpaduan yang positif dari kedua tipe ekstrim tersebut. Suami/istri tipe moderat memahami, bahwa meskipun mereka pasangan suami dan istri, mereka memiliki privasi yang harus dihargai. Suami dan istri, masing-masing memiliki teman-teman yang mungkin bersifat khusus, dan kita tak perlu kepo dengan siapa dan bagaimana bentuk pertemanan tersebut. Tetapi, kita tentu tetap memiliki batas-batas etika yang disepakati dan tetap menjunjung tinggi kesetiaan. Nggak etis juga kan, jika kita berteman terlalu dekat dengan orang lain, apalagi jika dia lain jenis dan bukan mahram. Akan sangat mungkin terjebak pada ikatan yang tidak semestinya. Ini kan ngeri juga!
Banyak lho, kasus perceraian ternyata berawal dari aktivitas di medsos. Setidaknya, saya mengetahui ada lebih dari setengah lusin kasus orang yang saya kenal, bercerai dipicu karena perselingkuhan dengan sarana Facebook.
Tipe pertama dan kedua, bisa dikatakan tipe ekstrim. Uniknya, kadang ada sebagian orang memilih model interaksi tipe kedua, bisa jadi justru karena menghindari tipe yang pertama. Karena dia memiliki pasangan yang sangat pencemburu dan superkepo, lantas, dia memilih membikin akun rahasia, di mana dia benar-benar bisa terlepas dari bayang-bayang pasangannya. Siapa sih, yang bisa bertahan jika terus menerus dicurigai, dikejar kemanapun dia melangkah, dan terus direcoki dengan siapapun dia berteman? Cemburu, mungkin benar tanda cinta. Tetapi cemburu yang berlebihan merupakan kondisi irasional yang bersifat patologis.
Jalan moderat, tetap merupakan pilihan terbaik, setidaknya menurut saya. Berikan ruang kepercayaan yang cukup untuk suami atau istri dalam berinteraksi dalam semesta yang dia sukai. Terlebih jika sepasang suami istri memiliki visi dan misi yang sama dalam kebaikan, dan karena itu cukup selektif dalam memilih teman-teman yang dekat dengan kita. Percayalah, bahwa kegiatan yang dilakukan suami atau istri kita dengan teman-temannya, adalah kegiatan yang juga positif dan bermanfaat.
Toh kita sama-sama sudah cukup dewasa untuk berpikir, bertindak dan memutuskan sesuatu. Nasihat tentu tetap sangat penting. Sebagai orang terdekat, kita harus paham dengan 'alarm bahaya' yang berdentang-dentang dan membutuhkan kita melakukan pertolongan segera. Tetapi, tak semua tindakannya perlu kita hubungkan dengan tombol yang bisa membunyikan alarm bahaya. Hidup nggak sesuram itu kali....
Jadilah suami istri yang sama-sama asyik dalam membangun interaksi dengan sesama kita. Mari kita simpan dulu peribahasa "dunia adalah milik kita berdua, yang lain cuma ngontrak." Ih, malas banget dong ya, berteman dengan orang yang memiliki pemikiran semacam itu, sebab kita cuma dianggap sebagai pelengkap saja dalam hidup mereka.
Dunia bukan milik kita berdua, tetapi milik semua. Kita sama-sama saling bekerja sama, berinteraksi, bersosialisasi, membangun kehidupan yang lebih baik, dengan batasan-batasan yang jelas. Kalau kita seorang muslim, batasan syariah tentu wajib dipatuhi. Terus-terang, saya kadang juga agak kurang sreg kalau melihat suami agak lepas kontrol saat bercanda dengan teman-teman yang berlainan jenis. Biasanya saya akan menegur dengan gaya humor. Tapi, meski hanya sentilan guyonan, alhamdulillah suami langsung paham dan meminta maaf. Demikian juga sebaliknya.
Intinya, mari kita berikan kebebasan kepada pasangan masing-masing, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Namun, kita tetap harus bertanggung jawab terhadap kebebasan yang diberikan tersebut. Setuju?
1 komentar untuk "3 Tipe Suami-Istri Berdasarkan Perilakunya di Media Sosial, Kalian Tipe yang Mana?"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!