Palestina Dihina dan Terluka, Kemana 1,9 Milyar Umat Islam Sedunia?
Palestina Dihina dan Terluka, Kemana 1,9 Milyar Umat Islam Sedunia? Tolong, jangan marah dengan judul yang saya pilih. Sebab, judul tersebut sebenarnya merupakan sebuah sindiran keras, juga kepada diri saya sendiri, yang juga merupakan bagian dari 1,9 milyar umat Islam di dunia.
Menurut TRT World, jumlah pemeluk agama Islam di dunia saat ini memang sudah mencapai 1,9 milyar. Nomor 2 setelah agama kristen (2,4 milyar, gabungan protestan dan katolik). Adapun di nomor 3 adalah agama Hindu sebesar 1,2 milyar. Agama Budha nomor 4, yakni 506 ribu jiwa. Sementara, dilansir dari republika.co.id (27/8/2020), jumlah penganut agama Yahudi hanya 14 juta, atau 0,2 % dari populasi dunia.
Alih-alih marah, mari kita mencoba melakukan introspeksi, apa yang sudah kita lakukan untuk Palestina, sehingga meskipun sejak 1948 Palestina dijajah Israel, hingga kini alih-alih enyah, malah kekuasaan penjajah Israel di negeri tersebut semakin kuat. Jumlah populasi yang saya sebut di atas, bukan dalam rangka untuk gagah-gagahan.
Sejumlah 14 juta penduduk Yahudi sedunia juga tidak semua bertanggung jawab terhadap kegenitan dan kekejaman Israel di Palestina. Nyatanya, ada juga sebagian kaum Yahudi yang sebenarnya tak sepakat, bahkan menentang pendudukan Israel di Palestina. Kita perlu membedakan antara Yahudi dan Zionisme. Yahudi adalah sebuah agama dan bangsa, sementara Zionisme adalah gerakan pendirian negara Israel Raya di Palestina, yang diklaim sebagai tanah air bangsa Yahudi. Kata Zionisme berasal dari kata Gunung Sion yang terletak di kota tua Yerusalem, yang merupakan pusat kerajaan Israel Raya yang didirikan oleh raja David (Daud a.s.) ribuan tahun silam.
Meskipun Zionisme merupakan gerakan bangsa Yahudi yang tersebar di dunia untuk kembali ke "tanah air", namun ada juga bangsa Yahudi yang antizionis. Dilansir dari tirto.id (2/12/2017), sejumlah orang Yahudi di Australia, sangat kritis bahkan menentang Zionisme. Sebab, Zionisme menyebabkan lahirkan sejumlah kekerasan, aneksasi, tragedi kemanusiaan dan menjadi konflik abadi dalam peradaban dunia. Eric Fromm, psikolog sosial yang juga tokoh Yahudi, juga mengkritisi, bahwa klaim tentang Palestina sebagai tanah air bangsa Yahudi adalah tidak realistis. Sebab, faktanya, Palestina sudah dihuni bangsa Arab selama ribuan tahun.
Silakan baca: Melacak Akar Konflik Israel-Palestina (1)
Penyebutan saya tentang populasi Yahudi yang sebesar 14 juta, jika yang pro Zionis sekitar 70% berarti hanya sekitar 9,8 juta saja; sementara kaum Muslimin 1,9 milyar, adalah sekadar menyatakan keheranan saja. Bagaimana mungkin Israel bisa bertahan sedemikian lama di Palestina, dengan mempertontonkan aneka kekerasan dan kejahatan kemanusiaan?
Tentu pertanyaan saya itu sekadar sarkasme aja atas kejengkelan saya, termasuk kepada diri sendiri. Umat Islam tentu tidak diam saja. Reaksi umat Islam terhadap penjajahan Israel sudah seumur penjajahan itu sendiri.
Ketika David Ben Gurion memproklamasikan negara Israel pada 14 Mei 1948, sontak Angkatan Udara Mesir mengebom Tel Aviv. Disusul kemudian Irak, Yordania, Suriah, Lebanon, dan negara Arab lainnya. Tetapi, Israel ternyata mampu menghadapi serangan negara-negara Arab tersebut. Dengan kekuatan ekonominya, Israel berhasil membeli senjata-senjata canggih masa itu, seperti pesawat pengebom Boeing B-17 Flying Fortress, Curtiss C-46 Commando, Pesawat Avia S-199, serta ribuan senapan-senapan paling modern masa itu. Perang yang berlangsung pada 1948-1949 itu dimenangkan Israel.
Tahun 1967, perang pecah lagi, yakni Perang Enam Hari (Harbul Ayyamus Sittah). Pasukan koalisi Mesir, Suriah, Yordania, Irak dan Libanon menghadapi kekuatan Israel. Lagi-lagi Israel menang. Bahkan, luas Israel semakin luas karena jalur Gaza dan beberapa wilayah lain di Arab berhasil direbut Israel. Sejumlah tokoh Arab menuduh Amerika Serikat dan Inggris berada di belakang Israel dan memberi dukungan penuh.
Kondisi di Timur Tengah terus menerus tegang, sampai akhirnya diketuk "perdamaian" antara negara-negara Arab dengan Israel. Presiden Mesir, Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin, menandatangani Perjanjian Camp David pada 17 September 1978 di Gedung Putih. Setelah Camp David 1978, pada 26 Maret 1979, Mesir dan Israel sepakat damai dengan penandatanganan Mu`āhadat as-Salām al-Masrīyah al-'Isrā'īlīyah.
Pasca Perjanjian Camp Davids
Seperti antiklimaks, para pemilik otoritas di negara-negara Arab mendadak "diam saja" alias tidak lagi bereaksi keras terhadap penjajahan Israel di Palestina. Sejumlah gerakan pembebasan Palestina bergaung di luar negeri, tetapi tak sedahsyat sebelumnya.
Nyatanya, Palestina tetap menderita. Palestina tetap merana. Bukan sekadar dihina, tapi sudah dilukai, dijarah, dizalimi dengan sezalim-zalimnya.
Bahkan, negara-negara Islam saat ini pun mayoritas masih berkutat dengan urusan domestik masing-masing. Mari kita lihat, postur 1,9 milyar populasi Muslim tersebut ada di mana saja. Inilah 10 negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia:
Indonesia : 231.000.000
India : 207.000.000
Pakistan : 202.650.000
Bangladesh : 153.700.000
Nigeria : 95.000.000
Mesir : 85.000.000
Iran : 82.500.000
Turki : 74.400.000
Aljazair : 41.200.000
Sudan : 39.500.000
Dari 10 negara tersebut, kita semua tahu kan ya, postur masing-masing. Indonesia, India, Turki dan Iran, bisa dianggap sebagai negara berkembang dengan kekuatan ekonomi yang lumayan baik, meskipun pandemi Covid-19 cukup membuat babak-belur. Stabilitas politik di Indonesia juga dalam kondisi mengkhawatirkan. Meski begitu, sikap resmi pemerintah yang mengutuk keras berbagai aneksasi dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel atas Palestina, cukup memberi angin segar. Konstitusi kita memang mengamanahkan para penguasa untuk menentang segala bentuk penjajahan di atas muka bumi.
India, meski jumlah penduduk Muslimnya sangat besar, tetapi dibanding total penduduk, Muslim di sana minoritas. Berbagai konflik antaragama Muslim-Hindu juga kerap tersiar di berita-berita. Sulit diharapkan dukungan secara politik dari India untuk Palestina. Iran sebenarnya cukup diharapkan, tetapi, saat ini permasalahan Sunni - Syiah juga sangat rumit dan pelik.
Turki, saat ini bisa dikatakan menjadi leader dalam isu-isu dunia Islam. Erdogan berhasil membawa Turki yang awalnya sangat sekuler, menjadi lebih pro Islam. Secara perekonomian, Turki pun cukup kuat. IMF memasukkan Turki sebagai salah satu negara menuju maju (emerging market), dengan PDB terbesar ke-17 di dunia.
Bagaimana dengan negara-negara lainnya? Rata-rata masih berkutat melawan kondisi perekonomian, kemiskinan dan politik yang tak stabil. Pakistan yang diharapkan mampu menjadi kekuatan yang disegani di dunia, juga tampak sibuk dengan urusan dalam negeri, selain konflik dengan India.
Sejumlah negara berpenduduk Muslim yang memiliki ekonomi stabil, seperti Arab Saudi, Malaysia, Brunei, Qatar, Kuwait atau UEA, hanya memiliki jumlah penduduk muslim antara 30 jutaan ke bawah.
Meski pejuang-pejuang Palestina telah memperlihatkan perlawanan yang sangat heroik dan gagah berani, gerakan pembebasan Palestina dari penjajahan jelas butuh dukungan internasional. Sayang sekali saat ini dukungan internasional baru sebatas kecaman, paling banter suplai kemanusiaan. Belum ada lobi-lobi politik tingkat internasional untuk bisa menekan Israel.
Apakah harus menunggu kedatangan Imam Mahdi agar Palestina terbebas dari penjajahan? Wallahu a'lam. Kalau saya pribadi sih, mengajak kepada seluruh Umat Islam untuk bergerak aktif melakukan pembelaan terhadap Palestina. Tak usah menunggu Imam Mahdi, sebab, belum tentu usia kita akan sampai ke zaman beliau.
2 komentar untuk "Palestina Dihina dan Terluka, Kemana 1,9 Milyar Umat Islam Sedunia?"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!