Widget HTML #1

Aku Ke Sini Karena Cinta (Catatan Tentang Barak MIliter Bantir, Ungaran)

Barak Militer Bantir, Sumowono

Sobat, saya akan berkisah kepadamu, tentang sebuah tempat di Kaki Gunung Ungaran, tepatnya di Bantir, Sumowono, Kabupaten Semarang. Nama tempat ini adalah Barak Militer Bantir. Sebuah tempat sejuk yang menyimpan banyak kenangan. Tempat ini memiliki andil besar terhadap terbentuknya karakter saya saat ini. Simak, yuk.

* * *

Bantir, Sumowono, 31 Juli 2022.

Ketika mobil yang kami naiki semakin mendekati tempat ini, hati saya berdebar-debar. Jiwa saya telah basah oleh air mata kerinduan. Begitu banyak cinta tertinggal di sini. Cinta kepada Allah SWT, kepada Rasulullah, kepada guru-guru saya, mentor-mentor di kampus, dan juga kepada saudara-saudara seiman...


Barak militer Bantir, Sumowono, Kabupaten Semarang! Di kaki Gunung Ungaran. Tempat yang sederhana. Hanya bangunan memanjang dengan lantai semen yang akan menjadi sangat dingin jika malam hari.  Tidak ada tempat tidur. Jadi jika menginap di sini, kami akan tidur di ruangan barak bareng-bareng. Tak ada kasur atau bantal, bahkan sekadar karpet atau tikar pun. Tapi kamar mandi banyak, air melimpah, bersih, dan sangat segar. Saya heran, dulu ada beberapa teman sanggup mandi jam setengah tiga pagi di sini, padahal airnya sangat dingin. Ada juga dapur, kalau mau masak sendiri, atau bisa pesan petugas yang ada di sana.


Tempat ini cukup ngetren di kalangan aktivis pelajar dan mahasiswa di kota Semarang. Acara pramuka, OSIS, Rohis, PMR dll, sering sekali diselenggarakan di sana. Tempat bisa dipinjam gratis, asal dapat izin dari pengelola. Kabarnya barak itu angker. Banyak kasus kesurupan atau penampakan. Bahkan katanya banyak yang bilang, ada penampakan tentara-tentara Jepang tanpa kepala. Maklum, barak itu sudah sangat tua, ada sejak zaman Belanda.

Pernah ada cerita, 10 anak pramuka berbaris di malam gelap gulita. Lalu mereka disuruh berhitung. Namun si komandan kebingungan, karena setelah angka sepuluh diucapkan, ternyata ada yang menyahut cukup keras, "Sebelas!" Lho, bukankah pasukan saya hanya sepuluh. Siapa yang kesebelas? Siapa yang kesebelas? Siapaaa?

Tapi, selama saya di sana, tidak pernah tuh mengalami kasus semacam itu. Alhamdulillah. "Terus dzikir, baca al Quran, doa," begitu para guru dan mentor kami di Rohis memberi nasihat.
Saat masih kuliah di F.MIPA Undip (sekarang Fakultas Sains dan Matematika), setiap tahun minimal sekali saya mengikuti kegiatan Rohis di barak ini. Baik yang diselenggarakan Rohis fakultas, universitas, dan sekali FSLDK (gabungan rohis-rohis kampus). Biasanya jumat siang kami berangkat, sampai di lokasi agak sore, lalu pulang ahad siang/sore. Salah satu mentor yang aktif menempa saya di barak itu adalah Mbak Niken Ictiaty, yang sekarang menjadi istri walikota Magelang. Banyak kenangan manis bersama beliau, subhanallah walhamdulillah.

Malam kami ditempa dengan kegiatan spiritualitas. Setelah tidur sesaat di lantai, beralas tikar dan sajadah, kami akan qiyamul lail berjamaah sekitar 1 jam, dengan imam dari mentor kami yang punya hafalan banyak dan bagus bacaannya, lanjut muhasabah hingga menangis terisak-isak, shalat subuh dan jalan pagi. Siang ditempa fisik, mendaki gunung, menyusur sungai, mengarungi lembah 😀😀


Juga ditempa keberanian. Jam 12 malam kami disuruh berjalan di salah satu bukit yang terkenal angker, jalan sendiri-sendiri sampai puncak, ambil slayer di sebuah makam yang terletak di puncak bukit, di bawah pohon beringin raksasa. Gokilnya, ada beberapa panitia sengaja memakai kerudung putih dan duduk nongkrong di antara semak belukar. Sehingga pas lihat pertama kali, jantung seperti mau melompat. Haha.

Siang ini, saya mengunjungi tempat ini. Bangunan sederhana ini masih seperti dulu. Lumayan terawat. Bersih. 

Begitu banyak cinta di sini. Cinta yang membentuk saya menjadi seperti ini. 

"Ada agenda apa ke sana?" Tanya seorang sahabat yang juga memiliki kenangan sama di tempat itu.

"Tak ada agenda apapun, kecuali menata kembali keping-keping sejarah hidup ini," jawab saya.
Saya menutup catatan ini dengan satu kalimat tulus: "terimakasih untuk kalian... yang telah menjadi bagian dari proses yang indah ini."

Karena tempat ini hanya benda mati. Kalianlah yang membuatnya menjadi hidup.

2 komentar untuk "Aku Ke Sini Karena Cinta (Catatan Tentang Barak MIliter Bantir, Ungaran)"

Comment Author Avatar
Baarakallahu fiikum, semoga kami semua segera menyusul

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!