Widget HTML #1

Tiga Sarana Mengenal Allah SWT


Pernahkah Sobat berinteraksi dengan orang yang tidak Sobat kenal? Bagaimana rasanya? Tentu hambar bukan? Tak ada perasaan dekat, apalagi emosi yang membuat kita ingin terus membangun koneksi secara kokoh. Lalu, bagaimana jika sosok yang tidak kita kenal itu kemudian menjadi partner kita, bahkan kemudian menjadi sosok di mana kita harus meminta pertolongan, bimbingan, apalagi rezeki? Bagaimana pula jika dzat yang tidak kita kenal itu adalah Sang Pencipta? Sang Pengatur Alam Semesta? Allah SWT? 

Mengenal Allah SWT adalah bagian paling mendasar dari proses ibadah. Sebab, dengan mengenal-Nya, maka kita menjadi tahu akan kebesaran-Nya, kehebatan ciptaan-ciptaan-Nya, serta segala keagungan Asma dan Sifat-Nya yang Maha Tinggi. Ketika kita mengenal-Nya, maka sujud kita menjadi terasa lebih bermakna. Doa kita meresap ke sanubari. Dzikir kita menggetarkan seluruh sel dan atom dalam tubuh kita. Dan rasa takut akan siksa-Nya dan berharap akan rahmat dan pahala-Nya, mengantar kita pada rasa cinta yang sejati. Cinta yang hakiki, yang tidak mungkin kita sejajarkan dengan cinta model apapun, terlebih sekadar cinta “remah rengginang” ala-ala roman picisan.
Sayangnya, wujud Allah SWT memang tak terlihat. Manusia yang rendah seperti kita, memang tak akan sanggup melihat wujud-Nya. Bahkan Nabi Musa a.s., seorang Nabi yang mulia dan diberikan mukjizat luar biasa, sempat jatuh pingsan ketika meminta Allah SWT menampakkan keagungan wujud-Nya.

“(Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (QS. Al-A'raf: 143).

Lantas, bagaimana cara agar kita bisa mengenal Allah SWT? Pada prinsipnya, saat Allah menciptakan manusia, Allah SWT menyertakan akal, fitrah, hati, pendengaran dan penglihatan. Kelima hal ini merupakan alat-alat yang bisa digunakan untuk melihat, merasakan, mengamati, menganalisis, mencermati dan mengolah segala hal yang masuk ke dalam jiwa dan pemikiran kita. Maka, dengan mengoptimalkan hal-hal tersebut, sejatinya kita bisa membaca tanda-tanda yang tersebar di alam semesta.

Ada 3 jalan untuk mengenal Allah, yaitu dengan mengoptimalkan 5 hal tersebut untuk membaca ayat-ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah berupa Ayat Qauliyah, Ayat Kauniyah, dan Mukjizat Allah SWT. Ketiga hal ini merupakan sarana yang paling tepat untuk mengenal dan memahami kebesaran Allah SWT. Mari kita bahas satu persatu.

Ayat-ayat Qauliyah

Ayat-ayat qauliyah adalah firman Allah SWT yang terdapat dalam kitab suci, dalam hal ini adalah Al-Quran. Meskipun Allah SWT tidak menampakkan wujudnya, tetapi banyak sekali penjelasan tentang asma dan sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran yang artinya sebagai berikut.

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang menganugerahkan rezeki kepadamu dari langit dan bumi, siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, serta siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka, mereka akan menjawab, “Allah.” Maka, katakanlah, “Apakah kamu tidak takut (akan azab Allah)?” (QS. Yunus: 31).

Sebagai orang yang ingin mencapai derajat ma’rifat, atau mengenal Allah SWT dengan sebaik-baiknya, sangat aneh jika kita jauh dari Al-Quran. Jadi, mari kita pelajari Al-Quran bukan hanya dari cara membacanya, tetapi juga maknanya, tafsirnya, dan segala penjelasan Al-Quran yang terdapat dalam As-Sunnah, sebab As-Sunnah berasal dari Nabi, sosok yang paling memahami Al-Quran.

Ayat-Ayat Kauniyyah

Selain ayat qauliyah, Allah SWT juga menampakkan tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta. Karena itu, selain membaca, meresapi, dan memahami Al-Quran, kita juga diminta banyak melakukan tadabur atau mengeksplorasi alam semesta dengan melihat dari dekat, memahami polanya, mengerti rumus-rumusnya, mengagumi keindahan dan keteraturannya, dan sebagainya. 

Ketika kita mengagumi seorang penulis misalnya, maka yang pertama kali membuat kita kagum adalah tulisan-tulisannya, baru kemudian kepribadiannya dan aspek-aspek lainnya. Alam semesta adalah ciptaan-Nya. Kita mengetahui kehebatan Sang Pencipta, tentu dari ciptaan-Nya, bukan? Maka, Allah SWT memerintahkan kita untuk banyak melakukan tadabur terhadap Alam Semesta.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).

Ketika saya kuliah di S1 jurusan Biologi Fakultas MIPA (Sekarang Fakultas Sains dan Matematika) Undip dahulu, ada pelajaran Morfologi Tumbuhan. Sangat menakjubkan, karena posisi daun melekat dalam tangkainya ternyata memiliki rumus-rumus atau pola tertentu, tidak asal tempel. Orang Biologi akan tahu sebuah tanaman rusak karena mekanisma yang alami (seperti rontok karena kering), atau karena dirusak manusia, hewan atau hama. Ini hanya satu contoh kecil bahwa memahami ayat-ayat kauniyah ternyata sangat membantu menguatkan keimanan kita kepada Sang Pencipta.

Mukjizat

Mukjizat adalah perkara-perkara luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya. Misal, bagaimana Nabi Nuh a.s. bersama kaumnya yang beriman bisa menyelamatkan diri dari banjir besar dengan menggunakan kapal. Atau bagaimana Nabi Musa a.s. membelah Laut Merah untuk menyelamatkan diri dari pasukan Raja Fir'aun.

Saat ini, kita hidup jauh dari zaman Nabi atau Rasul. Namun, Nabi dan Rasul terakhir, Nabi Muhammad masih meninggalkan salah satu mukjizatnya, yaitu Al Quran. Kita sering mendengar kisah-kisah menakjubkan seputar Al-Quran. Baru-baru ini viral di Tiktok tentang seorang wanita dari Amerika Serikat bernama Allison yang mengaku penasaran dengan peristiwa yang terjadi di Gaza, Palestina. Lalu dia membaca terjemah Surat Al-Baqarah dan menangis tersedu-sedu [1]. 
Spiritualitas yang sangat dekat dengan Al-Quran masyarakat Gaza juga telah diteliti oleh Muhannadi & Buheji (2024), berpengaruh besar terhadap ketahanan mental atau relisiensi masyarakat Gaza [2]. 

Para pakar menyebutkan bahwa selama beberapa bulan ini, Gaza dibom dengan puluhan ribu ton bom oleh Israel. Jalur Gaza hampir seluruhnya hancur. Bahkan, dalam sebulan pertama sejak 7 Oktober 2023, diperkirakan Gaza telah dibom dengan kekuatan bom dua kali lipat bom Hiroshima. Namun sejauh ini, Gaza tidak menyerah.

Wajar jika kekuatan rakyat Gaza ini membuat mata orang-orang asing terbelalak. Mayoritas Gen Z di Amerika Serikat dikabarkan pro Palestina dan mengutuk Genosida di Gaza. Gelombang protes terhadap Zionis juga terjadi di banyak kampus-kampus top di luar negeri yang notabene adalah non muslim. Bukankah ini juga sebuah keajaiban yang berasal dari Al-Quran?

Wallahu a’lam bishawab.

Beberapa Referensi:
1) https://kumparan.com/kumparannews/tragedi-di-gaza-bikin-gadis-as-ini-belajar-islam-menangis-saat-baca-al-baqarah-21dTt9oUkNH/2 
2) https://www.researchgate.net/profile/Mohamed-Buheji/publication/377245015_Value-based_Resilience-_Stories_from_Gaza_during_War_2023/links/659d37696f6e450f19daa44b/Value-based-Resilience-Stories-from-Gaza-during-War-2023.pdf

1 komentar untuk "Tiga Sarana Mengenal Allah SWT"

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!