Rumus Praktis Jadi Pintar
Banyak orang yang aslinya cerdas, diberikan otak cemerlang, potensi gemilang, tetapi ternyata tak mampu bertumbuh menjadi sosok yang sukses. Saya sendiri pernah melihat beberapa contohnya. Ada seorang teman yang saat SMA terlihat cukup menonjol di bidang tertentu, bahkan sempat menjadi pemimpin di sebuah organisasi ekstra yang saya ikuti saat saya masih kelas 1 SMA. Namun, ketika bertemu dengannya beberapa tahun kemudian, saya melihat nasibnya saat dewasa ternyata tak seindah yang dibayangkan kebanyakan orang. Teman saya tersebut menjadi kondektur di sebuah bus angkutan umum. Memang sih, tak ada profesi yang tak mulia. Tetapi dengan kecerdasan otaknya, mestinya dia bisa memiliki masa depan yang harusnya lebih baik.
Ada juga kenalan yang saya tahu, punya otak lumayan encer. Dia mudah menangkap sesuatu. Tetapi, dia tidak pernah serius dalam sekolah. Katanya sekolah itu membosankan. Akhirnya, ketika dewasa, dia pun harus rela menjadi pedagang kecil di kaki lima dengan penghasilan tak seberapa. Sekali lagi, saya tidak merendahkan pedagang kaki lima. Tetapi, jika dia mau mencoba mengasah kemampuannya, sepertinya dia bisa melejit lebih tinggi lagi menuju capaian yang lebih mempesona.
Dalam KBBI, pintar memiliki arti seperti ini:
pintar/pin·tar/ a 1 pandai; cakap: ia termasuk anak yang -- di kelasnya; 2 cerdik; banyak akal: rupanya pencuri itu lebih -- daripada polisi; 3 mahir (melakukan atau mengerjakan sesuatu): mereka sudah -- membuat baju sendiri;
Sedangkan cerdas memiliki makna seperti ini:
cerdas/cer·das/ a 1 sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran: sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi orang yang -- lagi baik budi; 2 sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat): biarpun kecil badannya, tidak kurang -- nya;
-- cermat pertandingan adu ketajaman berpikir dan ketangkasan menjawab (pertanyaan, soal matematika, dan sebagainya) secara cepat dan tepat;
-- tangkas cerdas cermat;
Paham kan ya, bedanya? Ya ... kalau cerdas cenderung pada kemampuan kognitif, tetapi kalau pintar itu lebih mengarah pada cakap, terampil, mahir. Kalau cerdas itu sekadar kemampuan berpikir, kritis, analitis dan sebagainya. Orang cerdas belum tentu pintar, karena barangkali dia malas bertindak. Sementara orang pintar belum tentu juga memiliki kemampuan otak yang kuat, tetapi karena dia rajin belajar, rajin mencoba, rajin berlatih, maka dia akan tangkas dan terampil juga pada akhirnya. Nah, bagaimana jika orang cerdas itu juga sekaligus pintar? Pasti luar biasa hasilnya.
Namun, karena tidak semua orang memiliki kemampuan kognitif tinggi, saya lebih suka menggunakan kata pintar saja di sini. Karena pintar menurut saya relatif lebih mudah dicapai semua orang ketimbang cerdas. Orang ber-IQ di bawah 120 misalnya, bisa saja menjadi pintar karena lebih banyak berlatih di banding yang ber-IQ jenius.
Bagaimana agar kita bisa menjadi orang pintar? Ada beberapa syarat menurut saya. Rumus praktis jadi orang pintar menurut saya ada: 1) pelajari potensimu, 2) asah terus, 3) lalu optimalkan. 4) Jangan silau dengan kelebihan orang lain. 5) Jadilah dirimu sendiri.
Bagaimana penjabarannya? Semoga kapan-kapan saya bisa menuliskan dengan lebih mendetail. Tetapi ringkasnya kurang lebih seperti pemaparan saya ini.
PELAJARI POTENSIMU
Semua orang dilahirkan punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki itu yang disebut sebagai sebagai potensi diri, yang uniknya, potensi ini berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Untuk menjadi pintar, kamu harus berusaha mencari, menggali, melacak atau mengeksplorasi potensi yang kamu miliki.
ASAH TERUS
Kalau sudah ketemu, sebagaimana batu galuh, potensi harus diasah sehingga bisa bersinar menjadi intan. Cara mengasah potensi adalah dengan berlatih sebanyak mungkin. Para pakar psikologi perilaku (behaviorisme) bahkan tidak pernah mengakui potensi diri atau bakat individual. Siapa saja yang melakukan hal yang sama berulang-ulang, maka akan menjadi ahli di bidangnya. Tetapi saya tidak selalu sepakat dengan para behavioristik. Sebab, dengan latihan yang sama misalnya, nyatanya seseorang yang nggak terlalu bakat olahraga, akan kesulitan menjadi atlet dibandingkan yang memang telah memiliki potensi kinestetik yang baik.
OPTIMALKAN
Setelah berlatih, sebaiknya kita mencari pekerjaan atau profesi, lingkungan, atau pergaulan yang mendukung optimalisasi dari potensi tersebut. Misal kamu punya bakat menulis, setiap hari kamu berlatih menulis, kamu mengikuti seminar-seminar dan pelatihan kepenulisan, tetapi jika akhirnya kamu nyebur di kuliah atau pekerjaan yang tidak ada kaitan dengan potensi tersebut, maka apa yang sudah kita asah itu tak akan optimal.
JANGAN SILAU KELEBIHAN ORANG
Semua orang punya kelebihan dan bidangnya sendiri-sendiri. Kamu harus fokus. Sebagai contoh, saya punya bestie seorang akademisi yang sebentar lagi guru besar. Kadang saya merasa silau dan ingin menirunya. Tetapi, bagaimana mungkin seekor ikan akan terbang di angkasa? Ikan dunianya di air, kemahirannya adalah berenang, bukan terbang. Maka saya pun menjadi sadar dan akhirnya lebih fokus pada apa yang saya tekuni selama ini: kepenulisan, media, bisnis perbukuan.
JADILAH DIRIMU SENDIRI
Jadi, kunci terakhir agar kita menjadi cakap, mahir, pintar di sebuah bidang, memang kita harus menjadi diri sendiri. Kata Humood Al Khudher: Kun anta tazdada jamala. Jadilah dirimu sendiri dan kau akan menjadi indah.
Posting Komentar untuk "Rumus Praktis Jadi Pintar"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!