Widget HTML #1

Hari Santri Nasional, Mengenang Kepahlawanan Para Santri Tahun 1945


Saya sering diundang mengisi berbagai acara kepenulisan di pondok-pondok pesantren di seluruh Indonesia. Saat memasuki gedung pesantren, selalu ada rasa yang berbeda. Perasaan haru, bangga, kagum, campur baur di benak. Meski akhir-akhir ini santer diberitakan beberapa kasus negatif yang bersumber dari pesantren, saya kira secara umum, pendidikan melalui metode ini masih bagus dan layak jadi pilihan para orangtua untuk putera-puterinya. 

Saya sendiri, insyaAllah juga akan terus memasukkan anak-anak saya di pondok pesantren. Anak sulung saya, 6 tahun nyantri di PPTQ Ibnu Abbas Klaten. Anak kedua sekarang di kelas 12, dan anak ketiga kelas 8 di pondok yang sama. Jadi, tiga anak saya adalah santri, sedangkan anak paling kecil, karena masih sekolah dasar, masih belum tega saya lepas ke pondok pesantren—meski ada beberapa pondok pesantren yang membuka kelas sejak jenjang sekolah dasar.

Berbicara soal santri, hari ini adalah Hari Santri Nasional. Barangkali, hanya Indonesia yang memiliki hari yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober itu. Peringatan ini memiliki sejarah yang erat dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Hari Santri Nasional membuka memori kita semua, bahwa ada kontribusi besar para santri dan ulama dalam mempertahankan negara dari penjajahan.

Resolusi Jihad
Pertanyaannya, apa kontribusi santri dalam kemerdekaan Indonesia, sehingga perlu ditetapkan hari khusus ini. Tentu ini berawal dari sebuah peristiwa sangat penting di awal kemerdekaan RI. Meski Bung Karno dan Bu Hatta telah memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, ternyata kemerdekaan itu belum diakui oleh sebagian negara-negara di dunia. Negara-negara blok sekutu, yang memenangkan Perang Dunia II, menganggap bahwa Indonesia adalah wilayah mereka, karena saat Indonesia merupakan jajahan Jepang. Sekutu memberikan jatah Indonesia kepada Inggris. Mereka pun datang ke Indonesia, dan dibonceng oleh Belanda. Rupanya Inggris ingin mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Ya begitu kan, supremasi kulit putih, menganggap bahwa negara-negara dunia ketiga tidak punya hak untuk mengatur dirinya, seenak saja membagi-bagi tanah dan sumber daya orang lain untuk kepentingan mereka. Mirip kejadian di Palestina, di mana Inggris seenaknya membuka keran imigran Yahudi untuk berbondong-bondong masuk ke Palestina.

Tentu bangsa Indonesia tidak terima. Indonesia sepakat melawan segala upaya penjajahan kembali Indonesia oleh bangsa asing. Untuk itulah, para ulama menyerukan jihad total untuk menghadapi imperialisme asing. Seruan ini disebut sebagai Resolusi Jihad.

Resolusi Jihad dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yang saat itu juga menjadi ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad pada prinsipnya merupakan fatwa yang menyerukan kepada umat Islam, khususnya para santri, untuk berjuang sekuat tenaga melawan usaha-usaha menguasai kembali Indonesia pasca-Proklamasi. 
Mendengarkan resolusi ini, para santri di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa, bergerak serempak angkat senjata. Bahkan, resolusi ini menggerakkan perlawanan rakyat yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran 10 November di Surabaya, di mana banyak santri yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Pada 25 Oktober 1945, gabungan tentara Inggris dan Belanda di bawah komando Brigjen AWS Mallaby menduduki Surabaya. Mereka memaksa pejuang-pejuang Indonesia menyerahkan senjata mereka. Namun pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo menolak. Peperangan pun pecah. Puncaknya terjadi pada 10 November 1945. Saat itu, para santri, arek-arek Surabaya dan pejuang dari berbagai elemen bersatu padu menentang penjajah. Ribuan pahlawan berjatuhan dibantai tentara Inggris. Diperkirakan 20 ribu pejuang Indonesia wafat, dan sekitar 1.600 tentara Inggris menjadi korban.

Melalui Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Berbagai sumber menyebutkan bahwa awalnya Hari Santri Nasional adalah 1 Muharram. Namun beberapa tokoh, termasuk Dr. Hidayat Nurwahid, menyarankan agar Hari Santri jatuh pada 22 Oktober, untuk mengakui dan menghormati peran besar para santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan serta kontribusi mereka dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, setiap tahun tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri dengan berbagai kegiatan yang melibatkan pondok pesantren, organisasi Islam, serta masyarakat luas.

Bayangkan jika Resolusi Jihad itu tidak digaungkan para ulama, bisa-bisa Indonesia mirip Palestina saat ini. Diduduki oleh bangsa asing yang mengklaim tanah air ini sebagai milik mereka.

Spirit Heroisme Untuk Generasi Muda
Meski saya tidak pernah nyantri, tetapi saya memiliki kedekatan secara emosional dengan pesantren. Maka, bagi saya, tentu saja Peringatan Hari Santri Nasional bukan sekadar momen kenangan. Bukan sekadar seremoni untuk mengenang sejarah, tetapi juga memiliki manfaat besar bagi generasi muda, khususnya dalam 

Saat ini, banyak pihak yang merasa bahwa semakin hari nasionalisme, semangat juang dan karakter kepahlawanan semakin menurun di kalangan masyarakat Indonesia. Jadi, Hari Santri mengajarkan generasi muda tentang pentingnya cinta tanah air dan semangat membela negara. Dengan mengenang perjuangan para santri dan ulama, generasi muda dapat terinspirasi untuk terus menjaga kedaulatan bangsa serta memupuk rasa kebanggaan sebagai bagian dari Indonesia. Di pondok pesantren, pendidikan karakter sangat mungkin untuk diberikan secara tuntas, mulai dari aspek kognisi, afeksi, konasi/motivasi, hingga mewujud atau termanifestasi pada psikomotorik atau tindakan nyata.

Para santri di seluruh Indonesia adalah bagian dari generasi muda yang harus diajak untuk lebih memahami bahwa umat Islam, khususnya santri dan ulama, memiliki peran yang signifikan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Ini membantu mereka menghargai sejarah bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Santri-santri merupakan stok calon pemimpin seharusnya yang memiliki integritas, kemandirian, dan kepekaan sosial. Hari Santri menjadi momentum bagi generasi muda untuk terinspirasi berperan aktif sebagai agen perubahan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Selamat Hari Santri Nasional!

Posting Komentar untuk "Hari Santri Nasional, Mengenang Kepahlawanan Para Santri Tahun 1945"