Widget HTML #1

5 Cara Mendidik Anak pada Tahap Trust vs Mistrust


Kita sudah sepakat, bahwa periode awal dari kehidupan seorang manusia, khususnya pada usia 0 hingga 18 bulan adalah periode yang krusial dalam kehidupan manusia. Bukan berarti periode lain tidak penting. Tetapi, periode infancy adalah pondasi bagi periode-periode sebelumnya. 


Bayi yang baru saja “berpindah alam” dari rahim ibu yang sangat nyaman menuju dunia yang begitu aneh, luas, dingin, dan menakutkan, perlu dekapan hangat ibu untuk meredakan perasaan gundah gulana itu. Bayi harus diyakinkan, bahwa dunia adalah tempat yang aman untuk tumbuh kembangnya. Dunia adalah tempat di mana mereka bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki agar bisa sukses menapaki kehidupan.

Tentu bayi tidak membutuhkan kalimat-kalimat motivasi yang penuh semangat. Bayi hanya butuh secure attachment dari para caregivers-nya, terutama sekali tentu ibu dan ayahnya.
Pertanyaannya, bagaimana cara mendidik anak di masa-masa awal kehidupannya? Berikut adalah lima cara untuk mendidik anak pada tahap perkembangan ini agar bisa memiliki perasaan trust dan terhindar dari mistrust.

1. Kasih Sayang yang Konsisten

Memberikan kasih sayang yang tulus secara konsisten terhadap bayi Anda  sangat penting dalam proses membangun trust atau rasa percaya pada anak. Ekspresi kasih sayang yang tulus seperti pelukan (awas jangan terlalu keras), senyuman yang lucu, kontak fisik, kalimat-kalimat bernada yang lucu dan indah, perlu diberikan secara teratur dan konsisten. Ini sangat mungkin dilakukan sembari si ibu memberikan air susu, si ibu juga mengelus tubuh bayi, mengajaknya berbicara, atau bernyanyi-nyanyi dengan nada lembut. Ketika bayi merasakan kedekatan emosional, mereka akan mulai merasa aman dan nyaman dengan lingkungan mereka.

2. Merespon Kebutuhan dengan Cepat

Riset menunjukkan bahwa yang menyebabkan bayi merasa lekat bukanlah sebanyak apa waktu yang dihabiskan seorang caregivers terhadap bayinya. Meski kita bersama bayi tersebut sepanjang waktu, namun jika kita abai terhadap kebutuhannya, maka tak akan menyebabkan bayi menjadi trust. Waktu yang cukup tentu tetap diperlukan, namun harus disertai dengan sikap responsif. Respons yang cepat terhadap tangisan atau kebutuhan bayi adalah kunci untuk membangun kepercayaan. Ketika bayi lapar, merasa tidak nyaman, atau memerlukan perhatian, ibu harus berusaha merespon dengan segera. Jangan menunggu anak menangis menjerit-jerit hanya untuk diberi ASI. Kecepatan dan ketepatan dalam merespon kebutuhan bayi akan membuat bayi merasa bisa mengandalkan orang lain, terutama ibu.

3. Stabilitas dan Keteraturan

Seorang ibu pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak. Pertanyaannya, stabilkah? Teraturkah? Mari kita tekankan bersama-sama: tindakan yang stabil dan teratur dalam kegiatan sehari-hari ternyata dapat membantu bayi mengembangkan rasa aman. Waktu tidur yang konsisten, jadwal makan yang konsisten, memandikan dan mengganti baju dengan teratur, akan membantu bayi merasa lebih terhubung dan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, yang pada akhirnya meningkatkan rasa percaya mereka.

4. Hindari Pengabaian dan Kekerasan

Pengabaian dan kekerasan juga sebuah akar yang kuat untuk munculnya ketidakpercayaan bayi kepada dunia. Bayi yang sering diabaikan atau mengalami perlakuan kasar akan menganggap bahwa orang-orang di sekitarnya tidak bisa diandalkan. Sementara, mereka tidak bisa melakukan sendiri apa-apa yang mereka inginkan. Terlebih jika orang dewasa membentak atau memarahinya. Bayi bukan saja merasa kaget dan takut, tetapi terjadi hal-hal negatif seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif yang terhambat. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk menghindari pengabaian, kekerasan, atau perlakuan kasar dalam bentuk apapun. Penuhi kebutuhan bayi dengan penuh perhatian dan pastikan lingkungan mereka aman.

5. Membangun Interaksi Positif

Bayi belajar mempercayai dunia di sekitarnya melalui interaksi yang positif dengan para pengasuhnya. Maka, cobalah untuk selalu berkomunikasi dengan bayi dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang, seperti tersenyum, mengajak bicara, dan menjaga kontak mata. Kata-kata yang diayun dengan indah akan lebih disukai daripada kalimat-kalimat dengan intonasi datar dan dingin. Wajah yang penuh antusiasme akan diterima dengan riang dibandingkan dengan kemuraman, kesedihan, apalagi kemarahan. Interaksi yang positif akan membangun ikatan emosional yang kuat dan rasa aman pada bayi.

Tahap pertama "Trust vs Mistrust" dalam teori perkembangan psikososial Erik Erikson adalah pondasi bagi perkembangan kepribadian anak di masa depan. Dengan memberikan kasih sayang, konsistensi, perhatian yang cepat, dan interaksi positif, orang tua dan pengasuh dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya yang kuat terhadap dunia di sekitarnya. Pembentukan rasa percaya ini penting untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial anak di kemudian hari. Yuk, jangan pernah abaikan fase ini, wahai orang tua!

Posting Komentar untuk "5 Cara Mendidik Anak pada Tahap Trust vs Mistrust"